BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Sebelum tahun 1970 bidan melakukan pemeriksaan fisik
terutama pada payudara dan panggul, jarang melakukan pemeriksaan mulut, tenggorokan
kelenjar tiroid, abdomen, anggota gerak, hemoglobin, hematrokit, analisis urine
dan pap smear. Di awal 1970-an pelayanan kebidanan bertambah dengan memberi
pelayanan Keluarga Berencana(KB). Berdasarkan pengalaman pelayanan KB ini
diketahui bahwa pemeriksaan fisik tidak cukup untuk mendeteksi masalah-masalah
kesehatan lainnya.
Sejak tahun 1974 pemeriksaan fisik sudah di terima
sebagai bagian praktik bidan. Perluasan pemeriksaan fisik ini sudah
ditingkatkan seiring dengan perluasan praktik bidan . Berdasarkan hasil
pemeriksaan ditentukan diagnosis atau masalah sebagai dasar untuk melaksanakan
tindakan.
1.2. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah KDK, disamping
itu agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pemeriksaan fisik pada ibu
hamil serta untuk menambah wawasan bagi pembaca.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. PEMERIKSAAN FISIK :
sebelum
melakukan pemeriksaan fisik terhadap wanita hamil, persetujuan dan kenyamanan
pasien harus diperhatikan oleh bidan. Meskipun ibu hamil tidak secara rutin
diukur untuk menetapkan tinggi badannya, tinggi badan yang pendek dikaitkan
dengan komplikasi kehamilan dan kelahiran, misalnya distosia (olugibile dan mascarenhas,
2000). Oleh karena itu penting untuk mengkaji bu hamil dan keluarganya secara
holistic serta mengkaji pertumbuhan dan perkembangan janin dan mengenali tanda
tanda yang berkaitan dengan pengetehuan ini. (Asuhan Kebidanan Antenatal :135).
2.2. PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL
Pemeriksaan
pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan secara umum,
meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan kebidanan.
A.
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan
pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingat
kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan. Selain itu pemeriksaan
umum juga meliputi pemeriksaan, jantung, paru, reflex, serta tanda-tanda vital
seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu dan pernafasan.
B.
Pemeriksaan Kebidanan
1.
Inspeksi
Dilakukan
untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum pada muka/wajah, pucat
atau tidak, pada selaput mata, ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya
adalah leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok/kelenjar
limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau
kesamping dan pemeriksaan ekstremistar untuk menilai ada tidaknya varises (dari
ujung rambut hingga ujung kaki). (keterampilan dasar praktik klinik:142)
2.
Palpasi
Dilakukan
untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak janin atau rahim. Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa
metode yaitu :
a.
Leopold I
Digunakan
untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam fundus,
Cara pelaksanaannya adalah:
1)
Pemeriksa menghadap pasien
2)
Kedua tangan meraba bagian fundus dan
mengukur beberapa tinggi fundus uteri.
3)
Meraba bagian apa yang ada didalam
fundus. Jika teraba benda bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah
kepala. Namun jika teraba benda bulat,besar, lunak, tidak melentingdan susah
digerakkan maka itu adalah bokong.
b.
Leopold II
Leopold
II ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada disebelah kanan atau
kiri.
Cara pelaksanaannya sebagai
berikut.
1)
Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah
kanan dan kiri perut ibu.
2)
Ketika memeriksa sebelah kanan, maka
tangan kanan menahan perut sebelah kiri kea arah kanan.
3)
Raba perut sebelah kanan menggunakan
tangan kiri dan rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda
yang rata, atau tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah
punggung bayi, namun jika teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol maka itu
adalah bagian kecil janin).
c.
Leopold III
Leopold
III ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah uterus.
Cara pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
1)
Tangan kiri menahan fundus uteri.
2)
Tangan kanan meraba bagian yang ada di
bagian bawah uterus. Jika teraba bagian tang bulat, melenting keras, dan dapat
digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar,
lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak
ditemukan kedua bagian seperti yang diatas, maka pertimbangan apakah janin
dalam letak melintang.
3)
Pada letak sungsang (melintang) dapat
dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan
merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada
usia kehamilan 5-7 bulan).
4)
Tangan kanan meraba bagian bawah (jika
teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum
masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan, berarti kepala sudah masuk
panggul). Lalu lanjutkan pada pemeriksaan Leopold VI untuk mengetahui seberapa
jauh kepala sudah masuk panggul.
d.
Leopold IV
Leopald
IV ini digunakan untuk menentukan apa yanag menjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya, bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul.
Cara pelaksanaannya sebagai
berikut.
1)
Pemeriksa menghadap ke kaki pasien
2)
Kedua tangan meraba bagian janin yang
ada dibawah
3)
Jika teraba kepala, tempatkan kedua
tangan di dua belah pihak yang berlawanandi bagian bawah
4)
Jika kedua tangan konvergen (dapat
saling bertemu) berarti kepala belum masuk ke panggul
5)
Jika kedua tangan divergen (tidak saling
bertemu) berarti kepala sudah masuk ke panggul.
( Asuhan kebidanan pada masa
kehamilan:89-92)
3.
Auskultasi :
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural
untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising pusat, gerakan anak, bising
rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada
akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada pada
akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat di dengar dikiri dan kanan dibawah
pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi pusat, maka presentasi
bokong. Bila pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan
bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140
kali per menit. Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama satu menit
penuh. Bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit,
kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat
didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti
bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya
sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
(keterampilan dasar praktik klinik:145)
4.
Perkusi reflex patella
Refleks
Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar
fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris. ( keterampilan dasar praktik
klinik:140-141)
2.3. PERALATAN
PEMERIKSAAN
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana seorang
perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan
tangannya untukk mengetahui hamper semua hal penting tentang ibu hamil yang
diperiksanya.Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu pemeriksaan
bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dengan baik
dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai kemampuan untuk menilai
serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil.Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan
bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya
adalah:
2. Pengukur tinggi badan,
3. Tensi meter,
4. Stetoskop monokuler atau linec,
5. Meteran atau midlen,
6. Hamer reflek,
7. Jangka panggul, serta
8. Peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar
hemoglobin, protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan)
2.4. PRINSIP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK
1.
Cuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan .
2.
Pastikan bahwa kuku jari bersih tidak
panjang, sehingga tidak menyakiti pasien.
3.
Terlebih dahulu hangatkan tangan dengan
air hangat sebelum menyentuh pasien atau gosok bersama-sama kedua telapak
tangan dengan telapak tangan satunya.
4.
Jelaskan pada pasien secara umum apa
yang akan dilakukan .
5.
Gunakan sentuhan yang lembut
tetapi,tidak menggelitik pasien dan cukup kuat untuk memeperoleh informasi yamg
akurat.
6.
Buatlah pendekatan dan sentuhan sehingga
menghargai jasmani pasien dengan baik, serta sesuai dengan hak pasien terhadap
kepantasan dan atas hak pribadi.
7.
Tutupi badab pasien selama pemeriksaan
dan hanya bagian yang di periksa yang terbuka.
8. a.
Pemeriksaan fisik umum :
1. Tinggi Badan
b. pemeriksaan fisik khusus :
1. Kepala dan leher
a. Edema diwajah
b. Ikterus pada
mata
c. Mulut pucat
d. Leher : meliputi
pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar thyroid
2. Pemeriksaan ekstremitas
untuk melihat adanya edema pada jari
(perhatikan apakah cincin menjadi terlalu sempit dan tanyakan apakah lebih
sempit dari biasanya, tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan cincin yang
biasa ia kenakan karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan
cinicin tersebut ke jari yang lain)
3. Pemeriksaan ekstremitas bawah untuk meilhat adanya
:
1. Edema pada pergelangan kaki dan pretibia
2. Refleks tendon dalam pada kuadrisep (kedutan-lutut
(knet-jerk)
3. Varises dan tanda humans, jika ada indikasi.
4. Payudara
a.Ukuran simetris
b.Putting menonjol / masuk
c.Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d.Retraksi
e.Massa
f.Nodul axilla
5. Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :
1. Letak,
presentasi, posisi, dan jumlah(jika>36 minggu)
2. penancapan
(engagement)
3. Pengukuran
tinggi fundus (jika>12 minggu)
4. Evaluasi
kasar volume cairan amnion
5. Observasi
atau palpasi gerakan janin.
6. Perkiraan
berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan berat badan pada kinjungan
sebelumnya)
7. Denyut
jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya ) (jika>18 minggu)
6. Genetalia luar (externa)
a. varises
b. perdarahan
c. luka
d. cairan yang keluar
e. pengeluaran
dari uretra dan skene
f. kelenjar
bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
7. Genetalia dalam (interna)
a. servik
meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas,
tertutup atau terbuka
b. vagina meliputi
cairan yang keluar, luka, darah
c. ukuran adneksa,
bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
d. uterus meliputi :
ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester petama.
8. Pemeriksaan
Panggul
Setelah pemeriksaan awal, bidan
harus melakukan beberapa atau semua komponen pemeriksaan panggul berikut sesuai
indikasi, yakni:
a. Pemeriksaan
dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh terdapat rabas pervagina.
1. Perhatikan adanya
tanda-tanda infeksi vagima yang muncul dan ambil materi untuk pemeriksaan
diagnostic dengan menggunakan preparat apusan basah; ambil specimen gonokokus
dan klamidia untuk tes diagnostic.
2. Evaluasi terapi yang
telah dilakukan untuk mengatasi infeksi vagina (tes penyembuhan ) jika muncul
gejala; evaluasi tidak perlu dilakukan bila wanita tidak menunjukkan gejala
3. Ulangi pap smear,
jika diperlukan
4. Ulangi tes diagnostic
gonokokus dan klamidia pada trimester ke tiga.
5. Konfirmasi atau
singkirkan kemungkinan pecah ketuban dini
b. Pelvimetri klinis
pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu dievaluasi ulang atau jika tidak
memungkinkan untuk memperoleh informasi ini pada pemeriksaan awal karena wanita
tersebut menolak diperiksa
c. pemeriksaan
dalam jika wanita menunjukkan tanda/ gejala persalinan premature untuk
mengkaji:
1. Konsistensi serviks
2. Penipisan (effacement)
3. Pembukaan
4. Kondisi membrane
5. Penancapan / stasiun
6. Bagian presentasi
Beberapa bidan juga melakukan pemeriksaan pervaginan
secara rutin pada kehamilan 40 minggu menurut penanggalan dan setelahnya guna
menentukan “kematangan” (kesiapan)seviks untuk menghadapi persalinan.
Banyak bidan, meski tidak semua, yakin bahwa mereka
harus melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan 36 minggu termasuk
mengulangipelvimetri klinis, mengambil specimen untuk tes diagnostic gonokokus,
klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi serviks. Para bidan memandang hal ini
sebagai bagian evaluasi ulang total pada seorang wanita pada saat tersebut.
Evaluasi ulang total ini juga mencakup setiap tes laboratorium.
8.
Pemeriksaan fisik, waspadai tiap ketidak
sesuaian antara cerita pasien dan hasil pemeriksaan fisik.
9.
Diskusikan semua hal yang ditemukan pada
pasien.
(Asuhan
Kebidanan Antenatal:135,136 ) .
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pemeriksaan
fisik adalah pemeriksaan yang
dilakukan pada bagian tubuh dari kepala sampai kaki.
Pemeriksaan fisik pada
kehamilan dilakukan melalui pemeriksaan pandang (inspeksi), pemeriksaan raba
(palpasi), periksa dengar (auskultasi),periksa ketuk (perkusi). yang dalam
pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan
kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke
pemeriksaan berikutnya.Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan apakah ibu
sedang hamil, dan bila hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya.Pada
setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu
sehat dan janin tumbuh dengan baik.Tinggi fundus uteri sesuai dengan
perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan
letak janin.
3.2. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Untuk penyempurnaan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Saminem. 2008. Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta:
Salemba Medika.
Salmah, dkk. 2006.Asuhan
Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: salemba medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar