BAB I
PENDAHULUAN
A.
ANATOMI FISIOLOGI TELINGA
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda
dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Anatominya
juga sangat rumit.Indera pendengaran Sangat penting untuk perkembangan normal
dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung padakemampuan mendengar.Deteksi awal dan diagnosis akurat
gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu
diagnosis dan atau menangani kelainan in otorhinolaringology-head and neck
nursing).otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat,
ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam
spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang
keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate
Anatomi Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna)
dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur
seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali
lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Anatomi
Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang
telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga
tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis
aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm
dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga
tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang
telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan
dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga
teng mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian
dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.
Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.Jendela bulat ditutupi oleh
membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis,
atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Anatomi
Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang
temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis
semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus
koklea vestibularis). Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang
labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang
sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir
untuk pendengaran, dinamakan organ Corti.Di dalam lulang labirin, namun tidak
sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan
perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak
melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus,
akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti.
Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat
keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam
telinga.banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam
kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis
VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel
rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan
dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius
internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan
nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan
sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung
dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis
(nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut
dan asupan darah ke batang otak.
Gambar.Anatomi telinga manusia
Keseimbangan
Dan Pusing
Kelainan sistem keseimbangan
dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang berusia 17 tahun
ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi
lansia setiap tahun. Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan
sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem
vestibuler). Ketiganya membawa informasi me¬ngenai keseimbangan, ke otak
(sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu
saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan
pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan
penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.Aparatus vestibularis
telinga tengah memberi unipan balik menge¬nai gerakan dan posisi kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat
gerakan kepala.
Gambar. Alat-alat keseimbangan
pada telinga
Pusing
Sering
digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan setiap
gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa
menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang
hanya bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk menentukan apa gejala yang
sebenrnya dirasakan oleh pasien.
Vertigo
Didefinisikan sebagai
halusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang lingkungan seseorang yang
dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa berputar
putar atau merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala
klasik yang dialami ketika te disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem
vestibuler perifer (telinga dalam).
Ataksia
Adalah kegagalan koordinasi
muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit vestibuler. Sinkope,
pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk vertigo, juga
merupakan karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit
sistem kardiovaskuler.Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi. Bunyi
memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana
timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis,
melalui gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian
dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani menjadi energi
elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke
nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir
sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.
FISIOLOGI
FUNGSIONAL JENDELA OVAL DAN BULAT
Jendela oval dibatasi olehj
anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan
gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima
impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus
koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi
memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada
membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan
terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun
waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup
besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat
bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal
motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada
organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran. Gelombang bunyi
dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di
telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran
(gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini,
pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan
merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang
. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi
dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang
terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui
tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya,
konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada
membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi
udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.
KEHILANGAN
PENDENGARAN
Ada dua jenis kehilangan pendengaran yaitu :
kehilangan konduktif dan kehilangan sensoris.
Kehilangan konduktif itu biasanya terjadi akibat
kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah,
seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran
suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
Kehilangan sensoris itu melibatkan kerusakan koklea
atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural,
dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan
pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami
kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara
maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat
inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme
pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan
emosional. melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain
kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan
pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien
dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun
sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang.
Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak
berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat
dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.
Pendekatan
psikososial
Gangguan pendengaran dapat
menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan berkomunikasi, kepekaan
terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Di
dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan pendengaran dapat menunjukkan
tingkat ketidaktertarikan, kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa
terasing di rumah karena ketidak mampuannya mendengar bunyi lonceng, dengungan,
suara burung berkicau, atau kendaraan yang melintas.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang lain membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita gangguan tetapi orang yang berkomunikasi dengan mere¬ka yang pertama kali mengenali adanya gangguan ter-sebut.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang lain membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita gangguan tetapi orang yang berkomunikasi dengan mere¬ka yang pertama kali mengenali adanya gangguan ter-sebut.
Tidak jarang individu dengan
gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis. Oleh karena rasa takut
bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang
menolak mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang
percaya diri bila mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan
introspeksi diri biasanya akan menanyakan kepada orang yang diajaknya
berkomunikasi untuk memberi tahu. ketika melakukan penyuluhan pasien yang
memerlukan bantuan pendengaran. Perawat harus ingat bahwa keputusan mengenakan
alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat dipengaruhi oleh sikap dan
perilaku orang tersebut.
Pendekatan
gorontologik
Bersama proses penuaan, dapat
terjadi perubahan telinga yang kemudian dapat mengarah ke defisit pendengaran.
Beberapa perubahan terjadi pada telinga
kecuali bila serumen cenderung menjadi lebih keras dan lebih kering sehingga
terjadi peningkatan kemungkinan imfeksi.
Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah.
Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah.
Tanda awal kehilangan
pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan mendengar
pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.
Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65 tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran. Penyebabnya tidak diketahui hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen stres, dan keturunan tidak konsisten. Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti pemajanan sepanjang terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin), Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya pendengaran. Faktor psikogenik dan penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan kehilangan pendengaran sensorineural.
Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65 tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran. Penyebabnya tidak diketahui hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen stres, dan keturunan tidak konsisten. Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti pemajanan sepanjang terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin), Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya pendengaran. Faktor psikogenik dan penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan kehilangan pendengaran sensorineural.
GEJALA
KEHILANGAN PENDENGARAN
Deterlorisasi
Wicara
Individu yang bicara dengan
bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan kata-kata
bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu
suara, baik kekerasan maupun ucapannya.
Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan
percakapan atau pidato, keletihan bisa disebabkan oleh usaha keras untuk
mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah tersinggung.
Acuh
Individu yang
tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan
ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial
Karena tak mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu
dengan gangguan pendengaran menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.
Rasa Tak Aman
Kehilangan rasa percaya diri
dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada kebanyakan
orang dengan gangguan pendengar¬an. Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk
mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak
bodoh. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal
Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk membuat keputusan.
Kecurigaan
Individu dengan kerusakan
pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan, bisEa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian
percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga
la tak dapat mandengarkan.
Kebanggaan
Semu
Individu dengan kerusakan
pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya.
Konsekwensinya, ia sering
berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketidakbahagiaan meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan.
Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari telah diidentifikasi sebagai salah satu bahaya lingkungan pada abad ke-20. Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita setiap hari telah meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber bahaya kerusakan fisik dan psikologis.Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan darah,kecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin),dan peningkatan aktivitas gas¬trointestinal
Kesepian dan ketidakbahagiaan meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan.
Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari telah diidentifikasi sebagai salah satu bahaya lingkungan pada abad ke-20. Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita setiap hari telah meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber bahaya kerusakan fisik dan psikologis.Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan darah,kecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin),dan peningkatan aktivitas gas¬trointestinal
Mekanisme yang paling sering
adalah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan. Namun untungnya
kelainan yang dapat dicegah. Istilah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh
kebisingan digunakan untuk menjelaskan kehilangan pende¬ngaran yang terjadi
setelah pemajanan jangka lama terhadap kebisingan keras {mis. mesin-mesin
berat, motor dan persenjataan), sementara trauma akustik merujuk pada
kehilangan pendengaran akibat pemajanan tunggal terhadap kebisingan yang sangat
intens, seperti ledakan. Biasanya kehilangan suara yang diinduksi kebisingan
terjadi pada frekwensi tinggi (sekitar 4000 Hz), meskipun dengan pemajanan
kebisingan terus-menerus kehilangan pendengaran dapat menjadi lebih berat dan
meliputi pula frekwensi di sekitarnya.
Berkomunikasi
pada Kerusakan Pendengaran
Komunikasi lebih bafik dengan
penderita gangguan pendengaran yang wicaranya sulit dipahami
1. Pusatkan
seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan dengarkan
jangan coba melakukan pekerjaan lain sementara mendengarkannya.
2. Libatkan
pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban. Hal
ini mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.
3. Cobalah
mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian
mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan
mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.
5. Bila anda
tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan memahami
apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menulis-kan pesan yang ingin
disampaikannya daripada meng-ambil risiko salah pengertian. Meminta orang
tersebut mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda mengetahui isinya,
juga dapat membantu anda membiasakan diri dengan pola wicaranya.
B.
ASSESSMENT
Pemeriksaan
Telinga
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan
palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah
dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic.
Inspeksi telinga luar
merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan
jaringan sekitarnya di diinspeksi adanya deformitas, lesi dan cairan begitu
pula ukuran, simetri dan sudut penempelan ke kepala. Gerakan aurikulus
normalnya tak menimbulkan nyeri.Untuk memeriksa kanalis auditorius eksterna dan
membran timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa. Otoskop
dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya
dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sekiti ke luar.Setiap adanya
cairan, inflamasi atau benda asing di dalam kanalis auditorius eksternus
dicatat. Membran timpani sehat berwarna mutiara keabuan dan terletak oblik pada
dasar kanalis.Pemeriksaan otoskop dan kanalis auditorius eksternus dan membran
timpani yang baik hanya dapat dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang
besar.
Serumen normalnya tidak terdapat
di kanalis eksternus, dan bila jumlahnya sedikit tidak akan mengganggu
pemeriksaan otoskop. Bila serumen sangat lengket, maka sedikit minyak mineral
atau pelunak serumen yang dapat dibeli bebas dapat diteteskan dalam kanalis
telinga dan pasien diinstrukskan kembali lagi untuk pengambilan serumen dan
inspeksi telinga.
Pemeriksaan
Ketajaman Auditorius
Bisikan lembut dilakukan oleh
pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing
telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tidak mendengar,
pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1-2
kaki dari telinga yang tak tertutup dan diluar batas penglihatan, pasien dengan
ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang
digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari
telinganya sendiri dan kemudian memegang jam tangn dengan jarak yang sama dari
aurikulus pasien.Untuk memedakan kehilangan akibat tuli konduktif dengan
kehilangan sensorineural ketika terjadi gangguan pendengaran.
Ketajaman
Auditorius
Perkiraan umum pendengaran
pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien
mendengarkan, bisikan kata atau detakan jam
tangan, Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan
ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang
satunya tak mendengar, pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan
telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan
di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan
dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan,
pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan
asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan
pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan
suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat
dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman
auditorius.
PENGGUNAAN
uji WEBER dan RINNE
Memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat
konduktif dan kehilangan sensorineural.
Uji Weber
Memanfaatkan konduksi tulang
untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada
gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian
diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di
tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran
normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa
suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif
(otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang
sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga
akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan
sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik.
Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan
pendengaran unilateral.
Uji Rinne
Gagang garpu tala yang
bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (konduksi tulang)
sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan
pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi udara).
Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan
pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu
konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak
mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa.
Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang
dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan
konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
Prosedur
Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan
pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling
penting.
Uji audiometri ada dua macam :
1. Audiometri
nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin
keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan
pendengarannya),
2. Audiometri
wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan
mendengar dan membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien
mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada
dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur
konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme
konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat,
evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang
dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.
Respons batang otak auditori
(ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris yang dapat
terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens
batang otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk
mengukur pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan
seperti pada audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan
stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga.
pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel
berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur
syaraf, Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol
postural. Diuji integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif
(integrasi sensoris) dengan keluaran respons motoris dan koordinasi anggota
bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform), dikelilingi layar, dan berbagai
kondisi ditampilkan, seperti panggung bergerak dengan layar bergerak.
Ambang penerimaan wicara
adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat membedakan dengan
benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan kemampuan pasien
untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat desibel
di mana suara masih terdengar.
pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal harmonic acceleration), atau kursi berputar, mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien sama dengan yang diperlukan pada EN.
pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal harmonic acceleration), atau kursi berputar, mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien sama dengan yang diperlukan pada EN.
DAFTAR PUSTAKA
Viktor Moore Celon, 1991). Segi Praktis
Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta
Roger Watson, 1995. Anatomy and Physiology for Nurse.
Ed. Ke-10, Baliere Tindall, London.
Drs. Syaifuddin, AMK. 2006. ANATOMI FISIOLOGI
untuk mahasiswa keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Tina Sanders dkk, 2007. BUKU AJAR ANATOMI dan FISIOLOGI
Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar