Sabtu, 26 Maret 2016

PEMBERIAN OBAT SECARA EPIDURAL




RANGKUMAN
PEMBERIAN OBAT SECARA EPIDURAL




NAMA        :PUPUT SRI UTARI
KELAS        : A 12.1
NIM            : 15150020
PRODI        : D-3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI  D3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016




EPIDURAL
PEMBERIAN OBAT SECARA  EPIDURAL
Pemberian obat secara epidural adalah Anestesia epidural dihasilkan dengan  menyuntikkan obat anestesi local kedalam ruang epidural. Blok saraf terjadi pada akar nervus spinalis  yang  berasal dari medula spinalis  dan melintasi ruang epidural. Anestetik local melewati duramater memasuki cairan cerebro spinal sehingga menimbulkan efek anestesinya.  Efek anesthesia yang dihasilkan lebih lambat dari anesthesia spinal dan terbentuk secara segmental
  1.Suntikan Epidural
    
 Menjelang akhir persalinan tahap pertama dan saat persalinan tahap kedua, umumnya bantuan lebih lanjut untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman adalah anestesi atau pembiusan. Pembiusan yang populer di Indonesia adalah epidural atau painless labour. Pembiusan ini memblok rasa sakit di rahim, leher rahim, dan bagian atas vagina. Meskipun demikian, otot panggul tetap dapat melakukan gerakan rotasi kepala bayi untuk keluar melalui jalan lahir. Ibu tetap sadar dan bisa mengejan ketika diperlukan meskipun dibius
2. Mekanisme kerja epidural 
    
 sebagai berikut. Tulang punggung terdiri dari tulang belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang belakang


yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher. Urat saraf tulang belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya terhubung ke otak dan ke seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara fungsi, serabut saraf dibagi dua jenis, yaitu serabut urat  dan serabut urat . Serabut saraf sensoris berfungsi menyampaikan pesan, seperti rasa sakit, panas, dan dingin dari tubuh ke otak. Serabut saraf motoris bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan pesan dari otak ke bagian tubuh, antara lain “menyuruh” tubuh bergerak atau berkontraksi.
Padah
3 pembiusan epidural,
     
bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak. Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura. Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalam rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu, ibu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak balk bagi ibu maupun janin. Untuk mengatasi penurunan tekanan darah, kadang dokter menyertai pembiusan epidural dengan suntikan 500 ml cairan ke pembuluh darah sebelum pembiusan.





Analgesia unit konsultan persalinan menyediakan layanan epidural 24 jam yang diberikan oleh ahli anastesis obstetri yang terlatih. Pemasukan anastesis lokal kedalam ruang epidural dilumbal dapat memberikan efek analgesia ( bebas dari nyeri ) .selain tidak merasakan nyeri kontraksi , ibu juga mengalami ketidakmampuan mengerakkan kaki, berkemih secara normal, dan merasakan dorongan untuk mengejan pada kala II persalinan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pengkatan dan penabahan intervensi selama persalinan . megingat faktor-faktor tersebut , dilakukanlah modifikasi teknik pemberian analgesik yang tidak mempengaruhi sensasi sepenuhnya yaitu dengan mengkobinasikan pemberian sepinal-epidural ( combined spinal epidural )
            Klarifikasi istilah

Kebanyakan unit konsultan persalinan menyediakan layanan epidural 24jam yang di berikan oleh ahli anastesi obstetri yang terlatih.pemasukan anastesi lokal kedaam ruang epidural di lumbal dapat memberikan efek analgesia (bebas dari nyeri)mau pun anastesia (penurunan sensasi).selain tidak merasakan nyeri kontraksi,ibu juga mengalami ketidakmampuan menggerakan kaki,berkemih seraca normal,dan merasakan dorongan untuk mengejan pada kala II persalinan.hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan dan penambahan intervensi selama persalinan.mengingat faktor-faktor tersebut,dilakukan modifikasi teknik pemberian analgesik yang tidak memengaruhi sensasi sepenuhnya yaitu dengan mengombinasikan pemberian spinal-epidural.
Blok epidural
Anestesi lokal di injeksikan kedalam ruang epidural.kateter kecil dipasang sehingga top-up (dosis bolus)anastesi lokal dapat diberikan setelah dosis sebelumnya habis,atau infus kontinu dapat diberikan menggunakan driver spuit.
Analgesia dan anestesia yang diberikan biasanya bersifat total.pemberian analgesia epidural meningkatkan risiko terjadinya persalinan lama dan persalinan dengan bantuan alat,terutama
Anestesi spinal
Sedikit anestetik lokal diinjeksikan ke daerah subaraknoid,di bawah LI,tempat ujung saraf spinal.analgesia dan anestesia biasanya total.seksio sesaria biasanya dilakukan dibawah anestesi spinal.
Combined spinal epidural (CSE)
Sedikit anestetik lokaldan atau analgesik opiat diinjeksikan kedaerah subaraknoid.kemudian sebuah kateter dimasukan kedalam ruang epidural sehingga analgesia berikutnya dapat diberikan baik secara bolus maupun melalui infus kontinu.keuntungan dari teknik ini adalah analgesia-lah yang berhasil dicapai,bukan anestesia.penggunaan opiat (sering kali fentani) memberikan efek analgesia yang cepat,tetapi berlangsung lama,dan disertai retensi sensasi.pemberian dosis opiat kepada ibu harus diobservasi,komplikasi dari prosedur ini dapat berupa depresi pernapasan pada iu dan janin.
CSE masih harus dievaluasi sepenuhnya.peran bidan sama dengan saat CSE sedang dipasang atau analgesia berikutnya sedang  diberikan,tetapi asuhan kontinu yang diberikan berbeda dengan asuhan yang diberikan pada ibu yang mendapat epidural standar.infus intravena dapat dihentikan setelah CSE.terpasang,sensasi ibu cukup baik untuk bermobilisasi,berkemih dan mengejan,semua gambaran yang dapat menfasilitasi hasil dan pengalaman proses persalinan yang sangat berbeda.pada pemasangan CSE banyak terjadi pruritis.


Indikasi blok epidural
Ø  Pereda nyeri atau atas permintaan ibu.
Ø  Bermanfaat saat terdapat kecenderungan persalinan dengan bantuan alat : malposisi,malpresentasi,kehamilan kembar,persalinan lama.
Ø  Hipertensi.
Ø  Persalinan praterm.

Kontraindikasi
Ada beberapa kontraindikasi untuk analgesia epidural atau spinal.
Ø  Semua jenis malfungsi pembekuan darah.
Ø  Beberapa gangguan neurologi.
Ø  Deformitas spinal.
Ø  Sepsis lokal.
Efek samping epidural
·         Hipotensi (lebih menurun dengan CSE)mual,pingsan.
·         Dural tap,bila jarum secara tidak sengaja menusuk dura mater,mengakibatkan menurunnya tekanan intrakranial yang berpotensi menimbulkan sakit kepala berat selama beberapa hari berikutnya.
·         Anestesi spinal total.terlalu banyak memberikan injeksi anestesi lokal kedalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan henti napas.
·         Blok parsial (nyeri membandel),yaitu saat kontraksi masih tetap dirasakan di salah satu area abdomen.
·         Toksisitas pbat : gelisah,pusing titinus,rasa logam,mengantuk.
·         Perubahan suhu,ibu biasanya mengalami efek vasodilatasi dari bupivakain yang menyebabkan kaki terasa hangat,suhu meningkat tetapi tubuh menggigil.
·         Rentesi urine.
Prosedur pemasangan blok epidural tradisonal
Teknik ini dimodifikasi bila diberikan sebagai CSE (seperti telah dibahas di atas) atau bila pemberiannya menggunakan infus kontinu.
·         Dapat persetujuan tindakan dari ibu.
·         Anjurkan ibu untuk berkemih.
·         Panggil dokter anestesi.
Siapkan alat :
·         Perlengkapan untuk infus intravena
·         Monitor CTG
·         Skort dan sarung tangan steril
·         Paket balutan steril,dengan linen berlubang (duk bolong ) dan kasa
·         Losion antiseptik,biasanya klorheksidin dalam alkohol isopropil 70%
·         Paket epidural,biasanya berisi jarum touby,spuit,slang kateter dan filter
·         Obat anastesi lokal untuk kulit dan epidural,seperti lignokainan bupivakain
·         Spuit dan jarum steril
·         Plester
·         Balutan plastik untuk kulit
Ø  pasang infus intravena,berikan cairan dosis pembebanan untuk mencegah hipotensi ( sesuai permintaan dokter anestesis )
Ø  posisikan ibu , biasanya salah satu diantara dua cara di bawah ini
1.       miring kekiri dengan lutut dtekuk dan dagu kedada , tetapi punggung ibu sanggat dekat dengan tepi tempat tidur
2.       duduk ditepi tempat tidur degan kedua kaki dipotong kursi , lengan bersandar diatas meja tempat tidur
Ø  bantu dokter anestesi memakai sarung tangan dan skort dan membuat daerah aseptik yang benar : tuangkan losium , buku jarum dan sput , pegang ampul anastetik lokal untuk diisap isinya , dll
Ø  anjurkan ibu untuk tetap diam pada posisinya pada saat epidural dipasang oleh dokter anestesi . selama aktifitas berlangsung dibagian punggung ibu.
Berikut ini adalah dukungan dan bantuan yang diperlukan .
1.       punggung ibu dibersihkan , line berlubang dibentangkan ditempatnya dan anastetik lokal diinsersikan kedalam kulit
2.       jarum tuoby diinsersikan pada saat ibu bebas  kontraksi dan sagat tenang
3.       digunakan sepuit epidural ( menginjeksikan udara untuk mengkaji adanya tahanan) untuk memastikan bahwa jarum tuoby berada ditempat yang benar
4.       kateter dimasukan ketempat tersebut dan jarum tauoby dicabur
Ø  semprotkan kulit plastik disekitar daerah rusukan fiksasi kateter dengan plaster, bila anastetik telah siap , fiksasi fiter  ditempat yang mudah dianjurkan sering kali dibahu ibu
Ø  berikan sedikit dosis uji , dosis pertama diberikan jika dokter anestesis merasa yakin bahwa kateter sudah diinsersikan dengan benar
Ø  bantu ibu keposisi yang sesuai dengan permitaan dokter anestesi selama 20 menit pertama setelah pemberian ( sering kali semi-rekumbed )
Ø  kaji dan catat tekanan darah dan nadi setiap 5 menit selama 20 menit berikutnya
Ø  observasi kondisi ibu termasuk tingkat nyeri , kehangatan , keamanan ,infus , intravena , warna dan tanda tanda mual
Ø  panggil dokter anestesi bila ada tanda dan gejala yag membutuhkan perhatian ( hipotensi dapat diatasi dengan peningatan kecepatan tetesan infus , tetapi dokter anestesi tetap harus dipanggil)
Ø  bereskan alat dengan benar
Ø  pantau kondisi janin catat epidural pada gambaran CTG
Ø  bila dalam 20 menit semuah hasi obserfasi kondisi ibu dalam keadaan normal dan tigkat analgesi telah tercapai , posisikan kembali sesuai keinginannya
Ø  lanjutkan perawatan persalinan , termasuk perawatan kandung kemih dan tugkai kebas, dan buat catatan yang benar
Ø  setelah  2-8 jam adanya obserfasi adanya tanda tanda kehamilan berikan top-up sebelum ibu merasa tidak nyaman .

Top-up epidural
Top-up epidural diberikan jika pemberiaan anestesi tidak kontinu baik dalam bentuk epidural standar maupun CSE.bidan yang telah dilatih khusus dan berada dibawah pengawasan,dapat memberikan top-up sesuai kebijakan setempat.dokter anestesi menetapkan dosis anastetik lokal (konsentrasi dan jumlah),frekuensi,dan posisi ibu.memberikan dosis dua kali setengah dengan jarak 5 menit dapat dilakukan untuk berjaga-jaga seandainya kateter bergeser kecairan cerebrospinal.meskipun demikian instruksi pemberian yang kontinu dan lambat juga harus ditulis dalam bentuk resep tretulis.
Prosedur top-up epidural
·         kaji adanya kebutuhan pemberian top-up,periksa infus intravena dan siapkan alat :
1.       obat sesuai resep (biasanya bupivakain)
2.       jarum dan spuit steril
3.       kapas alkohol untuk penghapus kuman
·         posisikan ibu sesuai intruksi kembali obat anestesi,biasanya popisi miring pada kala 1 persalinan,dan duduk pada kala 2
·         cuci tangan dan periksa kembali obat anastetik lokal bersama bidan lainnya dan ambil obat dengan dosis yang benar
·         bila ibu bebas dari kontraksi,buka penutup filter,desinfeksi port tersebut dengan kapas alkohol dan injeksikan obat anastetik lokal dengan kecepatan 5 ml/30 detik
·         observasi ibu untuk adanya reaksi merugikan seperti titinus,mengantuk dan bicara tidak jelas
·         pasang kembali tutup filter
·         nadi dan tekanan darah diukur pada pemberian awal,setiap 5 menit selama sedikitnya 20 menit
·         bila perlu posisikan ibu kembali
·         bereskan alat dengan benar
·         dokumentasikan pemberian dan pengaruhnya serta lakukan tindakan yang sesuai
·         lakukan observasi untuk dampak dan efek sampingnya,panggial dokter anestesi bila perlu
prosedur pelepasan kanula epidural
kanula dicabut setelah epidural tidak lagi di perlukan,biasanya setelah persalinan selesai.
·         Dapatkan persetujuan  tindakan dari ibu dan perhatikan  pirvasinya
·         Pasang sarung tangan steril,balutan tahan air dan kulit plastik pada ibu
·         Cuci tangan,pakai sarung tangan steril
·         Buka plester dan minta ibu untuk membungkukkan punggungnya (sama dengan posisi  pada saat insersi epidural).tarik keluar kateter tersebut dengan hati-hati,tetapi cepat
·         Pasang kulit plastik dan balutan tahan air steril
·         Periksa kateter untuk kelengkapannya dengan mengkaji gradasi dan keadaan sekeliling ujung kateter,untuk meyakinkan kondisinya,periksa ulang oleh orang kedua
·         Dokumentasi pencabutan kanula dan lakukan tindakan yang sesuai

Peran dan tanggung jawab bidan
Ø  Memberi penyuluhan dan melakukan persiapan pada ibu,termasuk mendapatkan persetujuan tindakan dari ibu.
Ø  Mengkaji perkembangan yang dialami ibu,misalnya perkembangan  persalinan.
Ø  Menetapkan beban kerja bidan agar ibu dapat dirawat secara ideal satu bidan untuk satu pasien setelah insersi.
Ø  Memposisikan ibu dengan benar dan memberi dukungan pada ibu selama pemasangan epidural.
Ø  Membantu dokter anestesi selama persiapan dan pemasangan.
Ø  Memberikan asuhan yang kontinu dan mengobservasi ibu dan janin.
Ø  Mengetahui berbagai penyimpangan dari normal,berespons dan menghubungi dokter anestesi.
Ø  Melatih dan kompeten untuk melakukan tops-up atau perwatan infus kontinu.
Ø  Melepas kateter epidural dengan benar.
Ø  Melakukan pencatacomtan dengan benar.
Referensi
Bennett  U  R,  Brown L K  (eds)  1997  Mysles  textbook for midwives,13  eds.  Churchill
           Livingstone, Edinburgh
Collis R E,  Davies D, Aveling   1995 Randomised comparison of combined spinal-epidural and
           Standard epidural analgesia in labour.The Lancet 3 june (345):1413-1416
May A 1994 Epidurals for childbirth. Oxford University press, Oxford
O’Sullivan G 1997 epidural analgesia in labour: recent developments. British Journal of Midwifery
           5(9):555-556

 

Kamis, 24 Maret 2016

Pemberian Obat pada Kulit



Pemberian Obat pada Kulit



Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2. Pinset anatomis.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Balutan.
6. Pengalas.
7. Air sabun, air hangat.
8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres.
7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8. Cuci tangan.

2.2 Pemberian Obat Topikal pada Kulit
2.2.1 Pengertian
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.2
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada:
·         Umur
·         Pemilihan agen topikal yang tepat
·         Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
·         Stadium penyakit
·         Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
·         Metode aplikasi
·         Penentuan lama pemakaian obat
Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum à epidermis à papilla dermis à aliran darah2
Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
·         Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
·         Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
·         Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah2:
·         Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
·         Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya bersama obat atau kombinasinya tidak tepat.
·         Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan satu kali sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya setelah pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.
·         Kuantitas obat yang diaplikasi
Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan justru malah tidak berguna. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim atau salep).
·         Faktor lain
Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
-     Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
-     Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut
-     Ukuran partikel obat diperkecil
-     Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki
-     Konsentrasi obat yang diberikan tepat
Contoh obat topikal untuk kulit :
1.      Anti jamur    : ketoconazol, miconazol, terbinafin
2.      Antibiotik     : oxytetrasiklin
3.      Kortikosteroid : betametason, hidrokortison
2.2.2 Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. 2
2.2.3 Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
  • ·         Krim
  • ·         Salep (ointment)
  • ·         Lotion
  • ·         Lotion yang mengandung suspensi
  • ·         Bubuk atau powder
  • ·         Spray aerosol.

2.2.4 Keuntungan dan Kerugian
·         Keuntungan
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik.
Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
·         Kerugian
Secara kosmetik kurang menarik
Absorbsinya tidak menentu
2.2.5 Alat dan Bahan
-        Troli
-        Baki dan alas
-        Perlak dan alas
-        Bengkok (nierbekken)
-        Air DTT dalam kom
-        Kapas
-        Sarung tangan
-        Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
-        Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
-        Lidi kapas atau tongue spatel
-        Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
-        Buku obat (ISO)
-        Baskom
-        Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
-        Sabun cuci tangan
-        Lap handuk
-        Tempat sampah basah dan kering