BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Jantung sebagai sebuah pemompa
darah yang terdiri dari dua pompa yang terpisah yakni jantung kanan yang
memompa darah ke paru- paru dan jantung kiri yang memompa darah ke organ- organ
perifer. Selanjutnya setiap bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua
ruang pompa yang dapat berdenyut yang terdiri atas satu atrium dan satu
ventrikel. Atrium terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah, bagi
ventrikel yang membantu mengalirkan darah masuk ke ventrikel. Ventrikel
selanjutnya menyediakan tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah
ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi perifer.
Penyakit jantung merujuk pada
penyakit menyerang jantung dan sistem pembuluh darah. Jantung merupakan organ
strategis dalam tubuh seseorang karena perannya sebagai pemompa darah. Ada
banyak penyebab penyakit jantung, seperti pola hidup, kelainan bawaan sejak
lahir, dan pola makan yang tidak sehat. Serangan jantung merupakan akibat
mematikan dari penyakit jantung koroner yang menjadi pembunuh wanita dan pria.
Contoh – contoh penyakit jantung antara lain gagal jantung, masalah pada katup
jantung, aritmia, perikarditis, dan penyakit jantung koroner.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Rumusan
masalah pada makalah penyakit jantung ini adalah :
1. Apa
saja penyakit jantung dan penyebab penyakit jantung?
2. Apa
gejala- gejala penyakit jantung?
3. Bagaimana
Diagnosis pertama penyakit jantung?
4. Bagaimana
penanganan dan perawatan penyakit jantung?
1.3
TUJUAN
Adapun
tujuan dari makalah penyakit jantung ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apa saja penyakit jantung dan penyebabnya.
2. Untuk
mengetahhui gejala- gejala penyakit jantung.
3. Untuk
mengetahui diagnosis pertama penyakit jantung.
4. Untuk
mengetahui cara penanganan dan perawatan penyakit jantung
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan
Teori
Jantung (bahasa latin : cor) adalah
sebuah rongga, rongga organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah
oleh kontraksi berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu organ manusia
yang berperan dalam sistem peredaran darah.
Serangan jantung adalah sebuah
kondisi yang menyebabkan jantung sama sekali tidak berfungsi. Kondisi ini
biasanya terjadi mendadak dan sering di sebut gagal jantung. Penyebabnya
bervariasi, namun penyebab utamanya adalah terhambatnya suplai darah ke otot
jantung oleh karena itu pembuluh- pembuluh darah yang biasanya mengalirkan
darah ke otot- otot jantung tersebut tersumbat atau mengeras yang bisa
disebabkan oleh lemak dan kolesterol atau pun oleh karena zat- zat kimia
seperti penggunaan obat yang mengandung Phenol Prophano Alanin (PPA) yang banya
di temukan dalam obat –obat seperti Decolgen, dan Nicotin.
2.2 Penyakit
Jantung
Ada
berbagai macam penyakit jantung yaitu :
2.2.1
Gagal Jantung
Gagal
jantung adalah keadaan dimana jantung tidak bisa memasok aliran darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh dan berpotensi mematikan. Penyakit jantung jenis ini
memiliki gejala antara lain : pembengkakan pada kaki dan tangan, penambahan
atau pengurangan berat badan sebelum terjadi pembengkakan karena kelebihan
cairan, napas pendek, kelelahan yang terus menerus, angina atau ketidak
nyamanan pada dada dan lengan karena penyumbatan arteri koroner.
Gagal jantung (heart failure) adalah suatu
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara
abnormal (Mansjoer, 2001).
Ada 2 penyakit gagal jantung :
a)
Gagal
jantung kiri / gagal jantung ventrikel kiri : terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri
menurun dengan akibat tekanan terakhir diastolek dalam ventrikel kiri dan
volume akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat.
b)
Gagal
jantung kanan. Dapat terjadi karena gangguan / hambatan pada daya pompa
ventrikel kanan, sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului
oleh adanya gagal jantung kiri sehingga tekanan dan volume akhir diastolek
ventrikel kanan akan meningkatkan dan keadaan menjadi beban bagi atrium kanan
dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastolik.
Gejala Gagal Jantung
·
Napas terengah-engah
·
Sering batuk, terutama
ketika berbaring
·
Pembengkakan perut,
kaki dan telapak kaki
·
Keletihan atau kurang
energi
·
Kepala terasa pening
atau pusing
·
Naik berat badan akibat
penahanan cairan
Mendiagnosis Gagal Jantung
Angiogram
koroner dapat dilakukan untuk mendiagnosis penghambatan yang menyebabkan gagal
jantung. Sebuah pewarna disuntikkan ke dalam aliran darah dan menjelajahi
seluruh pembuluh darah di dalam jantung dan tubuh. Pewarna ini terlihat dalam
pemeriksaan sinar x, sehingga menjadikan pembuluh darah terlihat dalam
angiogram. Hal ini memungkinkan dokter untuk menemukan pembuluh darah yang
terhalang atau menyempit (Herdin, 2005).
2.2.2
Serangan Jantung (heart
valve disease)
Serangan jantung adalah suatu kondisi
penyempitan/blokade pada sebagian pembuluh darah sehingga aliran darah ke
jantung terhambat, dan terjadi penurunan suplai oksigen dan zat makanan yang
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung. Kondisi penghambatan
tersebut terjadi secara tiba-tiba atau mendadak yang umumnya menimbulkan nyeri
atau ketidaknyamanan di tengah dada dalam beberapa menit.
Serangan
jantung (heart valve disease) adalah keadaan dimana salah satu atau lebih katup
jantung tidak bekerja dengan baik. Dalam beberapa kasus orang-orang terlair
dengan masalah pada katup jantung sedangkan beberapa orang mendapatkan kelainan
pada katup dimasa hidupnya. Kelainan pada katup jantung ini disebabkan oleh
infeksi, usia, dan penyakit lain. Hampir tidak ada kejala yang ditemukan pada
penderita kelainan penyakit jantung.
Penyebab
utama serangan jantung adalah terhambatnya aliran darah ke jantung. Hambatan
ini disebabkan oleh :
·
Penumpukan lemak pada dinding
pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan dan kekakuan pada pembuluh darah
disebut pengerasan pada arteri atau aterosklerosis. Penumpukan lemak dapat
terjadi akibat : merokok, diet yang tidak sehat, dan kurang aktivitas.
·
Bekuan darah yang menyumbat pembuluh
darah.
Selain itu,
serangan jantung juga dapat dipicu oleh adanya beberapa faktor risiko berikut:
·
Usia
·
Jenis kelamin
·
Riwayat keluarga
·
Riwayat penyakit jantung koroner
sebelumnya
·
Kadar lemak darah tinggi
(hiperlipidemia)
·
Riwayat penyakit diabetes,
hipertensi, sindrom metabolik
·
Stres kronis
·
Penggunaan obat tertentu
·
Denyut jantung tidak teratur
Gejalanya
Serangan jantung umumnya diawali dengan rasa sakit
atau ketidaknyamanan di tengah dada yang berlangsung lebih dari beberapa menit
atau hilang timbul. Ketidaknyamanan yang terjadi bisa berupa rasa tertekan,
seperti diremas-remas. Rasa sakit dan ketidaknyamanan juga terasa di telapak
tangan, bahu kiri, siku, rahang atau punggung. Gejala lainnya adalah:
·
Kesulitan bernapas atau napas pendek
·
Merasa tidak enak badan atau muntah
·
Pusing
·
Keringat dingin
·
Pucat
Ada
tiga jenis penyakit katup jantung atau serangan jantung yaitu antara lain
kebocoran, penyempitan, dan katup tanpa lubang. Tidak ada obat untuk kelainan
katup jantung selain operasi. Penderita yang tidak terkena penyakit katup
jantung sejak lahir dapat menjaga pola makan dan pola hidupnya utuk terbebas
dari penyakit ini (Herdin,
2005).
2.2.3
Aritmia
Aritmia
yang pada umumnya dikenal sebagai desiran jantung, adalah kondisi di mana laju
detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Takikardia
adalah kondisi di mana jantung berdetak terlalu cepat. Bradikardia terjadi
ketika detak jantung terlalu lambat. Aritmia tidak berbahaya, yang lainnya
dapat mengancam nyawa.
Beberapa
aritmia dapat menyebabkan jantung tidak memompakan cukup darah ke tubuh,
sehingga menyebabkan kemungkinan kerusakan pada otak, jantung dan organ vital
lainnya. Aritmia dapat disebabkan oleh serangan jantung sebelumnya. Kondisi
lain yang juga merusak sistem listrik jantung mencakup tekanan darah tinggi,
penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Kebiasaan gaya hidup tidak sehat
seperti merokok, peminum berat, terlalu banyak kafein dan penyalahgunaan
obat-obatan juga dapat menyebabkan aritmia.
Aritmia
adalah penyakit jantung yang mengganggu yakni gangguan irama atau detak
jantung. Detak jantung bisa lebih cepat, lebih lambat, dan tidak teratur.
Faktor utama penyakit aritmia adalah kurangnya kalsium dalam tubuh dan
terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung.
Penyumbatan
pembuluh darah jantung yang juga berefek pada detak jantung yang tidak normal
akan berakibat pada serangan jantung. Selain itu penyebab aritmia lainnya yaitu
diabetes, tekanan darah tinggi, merokok, kaffein, alkohol, strees, kematian
otot jantung, penyalahgunaan obat da terlalu aktifnya kelenjar tiroid.
Gejala Aritmia mencakup:
·
Keletihan atau kurang
energi
·
Palpitasi
·
Kecemasan
·
Berkeringat
·
Napas terengah-engah
·
Nyeri dada
Prosedur medis
Alat pacu
jantung digunakan pada pasien yang detak jantungnya terlalu lambat serta mereka
yang memiliki detak jantung tidak teratur. Alat pacu jantung adalah perangkat
kecil yang diletakkan di bawah kulit di dada atau perut yang membantu
mendeteksi kepekaan listrik jantung. Ketika alat ini merasakan irama jantung
yang tidak normal, maka akan mengirimkan impuls listrik pada irama jantung yang
tepat. Perangkat serupa bernama Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD)
mengendalikan aritmia yang mengancam nyawa dengan memantau detak jantung secara
terus menerus dan mengirimkan kejutan listrik untuk memulihkan detak jantung
normal.
Kardioversi
dapat dilakukan dengan menggunakan kejut energi (kardioversi listrik) atau
obat-obatan (kardioversi farmakologis). Kardioversi listrik atau defibrilasi
adalah sebuah proses di mana sentakan listrik dikirim ke jantung untuk
memperbaiki irama jantung. Namun demikian, proses ini hanya cocok untuk jenis
aritmia tertentu yang mengancam nyawa (Herdin, 2005).
2.2.4
Perikarditis
Perikarditis
adalah peradangan pada kantong jantung atau perikardium sehingga menimbulkan
penimbuna cairan dan penebalan. Peradangan ini disebabkan oleh beberapa hal,
seperti infeksi virus dan terapi penyinaran untuk kanker payudara.
Gejala
yang timbul akibat perikarditis adalah sesak napas, batuk, tekanan darah tinggi
dan kelelahan akibat kerja jantung menjatu tidak efisien. Penyakit jantung ini
bisa didiagnosa melalui MRI atau Kateterisasi jantung. Mengkonsumsi obat untuk
mengurangi cairan dapat membantu mengurangi gejala perikarditis, tetapi
kesembuhan total dilakukan dengan mengangkat perikardium.
Pericarditis
adalah proses peradangan yang mencakup lapisan parietal dan viseral dari
pericardium dan lapisan terluar dari myocardium. Pericarditis terjadi sebagai
proses isolasi atau komplikasi dari penyakit sistemik. Pericarditis dikatakan
akut atau kronik ditentukan dari serangannya frekuensinya, terjadinya dan
gejala-gejalanya. Pericarditis acut dapat terjadi dalam 2 minggu dan hal
tersebut bisa mengganggu sampai 6 minggu, disertai dengan effusion atau
tamponade, Pericarditis kronis diikuti oleh pericarditis akut dan gejalanya
selambat-lambatnya 6 bulan.
Perikarditis Kronis adalah suatu peradangan perikardium yang menyebabkan
penimbunanan cairan atau penebalan dan biasanya terjadi secara bertahap serta
berlangsung lama. Pada Perikarditis Efusif Kronis, secara perlahan cairan
terkumpul di dalam perikardium. Biasanya penyebabnya tidak diketahui, tetapi
mungkin disebabkan oleh kanker, tuberkolosis atau penurunan fungsi tiroid. Jika
memungkinkan, penyebabnya diobati, jika fungsi jantung normal, dilakukan
pendekatan dengan cara menunggu dan melihat perkembangannya.
Perikarditis konstriktif kronis adalah penyakit yang jarang terjadi jika
jaringan fibrosa terbentuk disekitar jantung. Jaringan fibrosa cenderung untuk
menetap selama bertahun-tahun, menekan jantung dan membuat jantung menjadi
kecil. Penekanan jantung akan menyebabkan meningkatnya tekanan didalam vena
yang mengangkut darah kejantung karena mengisi jantung diperlukan tekanan yang
lebih tinggi. Cairan akan mengalir balik dan kemudian
meresap dan terkumpl dibawah kulit, didalam perut dan kadang-kadang dirongga
sekitar paru-paru (Mansjoer,2001)
Gejala
·
Kelelahan, Kelemahan
·
Takikardia, Disritmia
·
Dispneu dengan aktifitas
·
Nyeri pada dada anterior
diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring.
·
Demam karena infeksi virus, bakteri,
jamur.
Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa seseorang menderita
perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner atau
penyakit katub jantung.
2.2.4
Penyakit jantung
koroner
Penyakit
Jantung Koroner adalah penyempitan pembuluh darah kecil yang memasok darah dan
oksigen ke jantung. Ini disebabkan oleh pembentukan plak di dinding arteri,
dikenal pula sebagai pengerasan arteri. Pembentukan plak ini dapat menyertai
perpaduan pradisposisi genetik dan pilihan gaya hidup. Faktor risiko mencakup
usia, jenis kelamin, riwayat genetik dan ras. Faktor lain yang memengaruhi
kemungkinan CCHD mencakup kolesterol tinggi, merokok, penyalahgunaan substansi
dan masalah berat badan. Jika dibiarkan tidak diperiksa, CHD dapat menyebabkan serangan jantung dan bahkan kematian.
Gejala Penyakit Jantung Koroner mencakup:
·
Nyeri dada (angina)
·
Napas terengah-engah
·
Keletihan setelah
kegiatan fisik
·
Merasa berat
·
Jantung terasa seperti
diremas
Penyakit
jantung koroner disebabkan oleh lapisan lemak atau kolestrol didinding nadi
yang menyumbat pembuluh darah, sehingga suplai darai dari jantung dan kejantung
terganggu. Ketika darah terus tersumbat lapisan lemak maka inilah yang disebut
serangan jantung. Gejala-gejala penyakit jantung seperti nyeri didada bagian
tengah yang menjalar kelengan kiri dan leher bahkan sampai kepunggung, keringat
dingin dan rasa mual.
Seperti
halnya anggota tubuh yang lain, jantung memerlukan oksigen dan zat makanan
sebagai sumber energi agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Bagian yang
berperan mengantarkan zat makanan dan oksigen ini adalah pembuluh darah
koroner. Pembuluh koroner merupakan cabang dari pembuluh besar aorta jantung.
Jantung memiliki empat cabang besar pembuluh koroner, Pipa pembuluh darah
koroner melekat pada dinding jantung. Penyakit jantung koroner terjadi jika
pembuluh darah koroner tersumbat. Manifestasi penyakit jantung koroner
disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen sel otot jantung dengan
masukannya. Penyaluran oksigen yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan
kerusakan sel otot jantung (Nadesul, 2009).
2.2.5
Penyakit jantung bawaan
sejak lahir
Otot
jantung yang lemah merupakan kelainan jantung bawaan sejak lahir. Hal ini
membuat penderita tidak bisa melakukan aktivitas yang berlebihan karena
pemaksaan kinerja jantung yang berlebihan akan menimbulkan rasa sakit dibagian
dada dan kadangkala akan menyebabkan tubuh tampak kebiru-biruan, penderita
lemah otot jantung ini mudah pingsan.
Penyakit jantung bawaan sebetulnya
penyakit sejak lahir yang di mana si buah hati masih dalam kandungan dengan
keadaan yang kurang sempurna di bagian jantung. Misalnya saja terdapat
kebocoran jantung saat pembentukan jantung sewaktu masih dalam janin. Hal
tersebut yang menjadikan penyakit jantung bawaan, maksudnya bawaan tersebut
adalah penyakit atau ketidak sempurnaan jantung sewaktu masih dalam kandungan.
Selain
itu masih banyak lagi jenis penyakit jantung bawaan sejak lahir pada anak. seperti
pembuluh darah terbalik (TOF), Patent Ductus Arteriosus
(PDA), bocor pada bagian bawah/Ventrical
Septal Defect (VSD), bocor pada bagian atas/Atrial Septal Defect (ASD), dan
mungkin masih ada lagi yang lainnya.
Penyakit
jantung bawaan diderita sekitar satu persen dari jumlah kelahiran hidup dan
sebagian besarnya harus dioperasi. Penyakit ini sudah dapat dideteksi melalui
USG sejak bayi berusia 20 minggu di kandungan.
Bila
dideteksi saat kehamilan dokter akan melakukan tindakan intervensi agar
kelainan penyakitnya tidak parah. Deteksi kelainan jantung bawaan
juga bisa dilakukan saat bayi lahir.
Penyebab Penyakit Jantung Bawaan
Walaupun penyakit jantung bawaan seperti penyakit yang tak bisa
terhindarkan, namun dalam penelitian mendapati ada beberapa penyebab penyakit jantung bawaan yang menjadikan si buah hati
lahir dalam keadaan tidak sempurna. Seperti disebabkan pengaruh
obat-obatan/minum banyak anti biotik,
makanan (pengawet, instan, pewarna kimia, dll), polusi udara dan lain
sebagainya.
Risiko bayi menderita penyakit jantung bawaan meningkat jika ibu hamil
punya kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan memiliki riwayat
penyakit ini dalam keluarga.
Gejala Penyakit Jantung Bawaan
Pada
bayi penyakit jantung bawaan ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, misalnya
lekas letih, ada gangguan tumbuh kembang, sering panas dan batuk, ada gangguan
atau sering berhenti saat menyusu ibunya untuk bernapas. Gejala khas lainnya
adalah biru pada ujung kuku-kuku dan lidah. Meski begitu ada juga yang tidak
bergejala biru.
2.3 Penyebab
dan Pencegahan Penyakit Jantung
Sejumlah perilaku dan gaya hidup kurang
sehat yang sering dijumpai antara lain mengonsumsi makanan siap saji dengan
kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman berakohol, kerja berlebihan,
kurang berolahraga, dan stress. Pergeseran gaya hidup ini mempercepat munculnya
berbagai penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit jantung (Utami,
2009).
Upaya pencegahan untuk menghindari
penyakit jantung dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor
resiko sehingga mengurangi peluang terkena penyakit jantung. Pencegahannya
antara lain dengan cara :
1. Hindari
obesitas dan kolesterol tinggi. Mulailah dengan mengkonsumsi sayuran, buah-
buahan, padi- padian, makanan berserat dan ikan. Kurangi mengkonsumsi daging,
makanan kecil atau cemilan dan makanan berkalori tinggi yang banyak mengandung
lemak jenuh. Makanan yang banyak mengandung kolesterol akan tertimbun dalam
dinding pembuluh darah yang menyebabkan aterosklerosis yang memicu penyakit
jantung.
2. Berhenti
merokok, merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga
meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri dan meningkatkan faktor pembekuan
darah yang memicu penyakit jantung.
3. Kurangi
minum alkohol. Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan
darah, dan menyebabkan kejang arteri. Melakukan olahraga agar dapat membantu
mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol dan menurunkan tekanan
darah, yang merupakan faktor resiko terkena jantung.
BAB III
DIAGNOSTIK PENYAKIT
JANTUNG
Semakin
banyak teknik diagnostik canggih yang memungkinkan kita mendeteksi penyakit
jantung dan cacat klinisnya. Tetapi penggunaan teknik-teknik ini dan
interpretasi hasil pemeriksaan gan hanyalah merupakan pelengkap penilaian klinis
dan sistematis dari pasien yang
bersangkutan, dan bukan merupakan suatu pemeriksaan yang menggantikan,
anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap dari pasien tersebut. Karena itu, suatu
tinjauan singkat dari pemeriksaan sistematis di samping tempat tidur penderita
penyakit jantung harus dilakukan sebelum melangkah ke prosedur diagnostik yang
umum (Guyton, 1994).
3.1
PENILAIAN KLINIS
Penilaian klinis sistematis mencakup
pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit pasien secara lengkap dengan memakai
teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan sistem
kardiovaskuler harus meliputi jantung dan sistem pembuluh darah perifer
(Guyton, 1994).
3.1.1
Anamnesis
Anamnesis mencakup penilaian dari gaya
hidup individual serta pengaruh penyakit jantung terhadap kegiatan sehari-hari
bila bertujuan merawat penderita dan bukannya penyakit itu sendiri. Tanda dan
gejala penyakit jantung dibawah ini sering kali ditemukan pada pengambilan
riwayat penderita penyakit jantung:
1) Angina,
atau nyeri dada akibat kekurangan oksigen atau iskemia miokardium
2) Dispnea,
atau kesulitan dalam bernafas akibat meningkatnya usaha bernafas yang ada
hubungannya dengan kongesti pembuluh pulmoner dan perubahan kemapuan
pengembangan paru-paru; ortopnea, atau kesulitan bernafas pada posisi
berbaring; dispenea paropsismal nokturnal, atau seraangan yang terjadi pada
waktu beristirahat di malam hari akibat payah ventrikel jantung
3) Palpitasi,
atau meraskan denyut jantung sendiri karena perubahan dalam kecepatan denyut,
keteraturan atau kekuatan kontraksi jantung
4) Edema
perifer, atau pembengkakan yang disebabkan timbunan cairan diruang-ruang
interstisial
5) Sinkop,
atau kehilangan kesadaran sesaat akibat aliran darah serebral yang kurang
memadai
6) Kelelahan
dan kelemahan, biasanya diakibatkan curah jantung yang rendah dan perkusi
perifer yang berkurang
3.1.2 Pemeriksaan fisik
Inspeksi saja terkadang sudah dapat
memberikan banyak sekali informasi berharaga terhadap keadaan fisik dan
psikologis penderita. Pengamatan seperti warna, bentuk tubuh, pola pernafasan,
jalannya pernafasan, emosi atau perasaan penderita semuanya harus
diikutsertakan dalam gambaran klinis. Biasanya dapat diamati dan berikut
struktur-struktur yang biasa diperiksa secara berurutan :
3.1.2.1 Denyut dan tekanan arteria
Denyut nadi di raba untuk mendapatkan
informasi berikut; kecepatan, keteraturan, amplitudo, kualitas denyut.
Perubahan denyut arteri dan denyut yang tidak teratur merupakan pertanda adanya
aritma jantung. Irama jantung yang tidak teratur dihubungkan dengan amplitudo
denyut nadi yang berbeda-beda. Bila jarak antara implus jantung tidak teratur
maka waktu pengisian ventrikel pun menjadi tidak teratur dan dengan sendirinya
curah sekuncup pada setiap denyut jantung menjadi berbeda (Sylvia, 1994).
Kualitas denyut nadi merupakan indeks
yang sangat penting dari perfusi perifer. Denyut nadi yang terus menerus lemah
dan hampir tidak teraba dapat menandakan curah sekuncup yang kecil atau
resistensi vaskular perifer yang meningkat. Cara terbaik untuk mengetahui bntuk
denyut nadi adalah dengan palpasi ringan arteria karotis. Auskultasi tekanan
darah untuk mendengar komponen sistolik dan diastolik mengakhiri pemeriksaan
arteria. Tekanan darah arteria diukur dengan mendengar timbul dan menghilangnya
bunyi yang disebut sebagai bunyi korotkoff pada arteria yang dibebat denagan
manset alat pengukur tekanan darah.
3.1.2.2 tekanan dan denyut vena
Tekanan vena jugularis dan pulsasinya
menggambarkan fungsi jantung bagian kanan. Peningkatan tekanan vena yang
abnormal, seperti pada kegagaalan sisi kanan jantung, dapat diperkirakan dengan
mengukur jarak vertikel antara tinggi denyut vena jugularis dan sudut sternum.
Uji refluks heptojugular merupakan suatu
kunci diagnostik yang penting untuk mengetahui adanya gagal jantung kanan.
3.1.2.3 Gerakan prekordial
Kerusakan miokardium disertai daya
kontraksi yang terbatas atau hilang sama sekali akan menyebabkan tonjolan
keluar yang bersifat pasif waktu sistolik sehingga menimbulkan gerakan
prekordial yang paradoks. Selain itu, aliran turbulen yang berkaitan dengan
bising jantung dapat menimbulkan getaran prekordial yang dapat diraba.
3.1.2.4
Bunyi jantung
Auskultasi
dada memungkinkan pengenalan bunyi jantung normal, bunyi jantung abnormal,
bising dan bunyi-bunyi ekstrakardial. Bunyi jantung normal timbul akibat
getaran volume darah dan bilik-bilik jantung pada penutupan katup (Guyton,
1994).
3.2 PROSEDUR
DIAGNOSTIK NON INVASIF
3.2.1
Eektrokardiogram permukaan
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu
pencataatn grafis aktifitas lidtrik jantung. Pada EKG akan tergambar gelombang
yang disebut sebagai gelombang P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi
listrik dan pemulihannya melalui sistem kondusi dan
miokardium.gelombang-gelombnag ini direkam pada kertas grafik dengan skala
waktu horizontal dan skala voltase vertikal (Sylvia, 1994).
3.2.2
Ekokardiografi
Ekokardiografi
merupakan prosedur pemeriksaan mengenai ultrasound sebagai media pemeriksaan.
Suatu transduser yang memancarkan gelombang ultrasonik atau gelombang suara
dengan frekuensi tinggi diluar kemampuan pendengar manusia., di tempatkan pada
dinding dada penderita dan di arahkan ke jantung. Ketika gelombang ultrasonik
berjalan melewati jantung, gelombang ultrasonik tersebut akan di pantulkan
kembali menuju transduser setiap kali gelombang itu melewati batas antara
jaringan-jaringan dengan densitas berbeda atau yang memiliki impedansi akustik
berbeda. Energi mekanik dari gelombang suara yang di pantulkan kembali atau
disebut “echo” (=gema) dari jantung ini akan dikonversi menjadi implus listrik
oleh transduser dan diperlihatkan sebagai citra jantung pada osiloskop atau
pada secarik kertas pencatat (Robbins
dan kumar, 1995).
3.2.3 CT (Computed Tomography)
scan
“Tomo”
adalah kata Yunani yang berarti bagian atau potongan. Jadi, tomografi adalah
suatu gambara potongan melintang tubuh. CT telah meningkatkan pencitraan
jantung dari hanya 2-D menjadi gambaran 3-D untuk mendapatkan gambaran 3-D,
sebuah kamera diputar 360 derajat melingkari dada, merekam gambaran-gambaran
2-D dari sudut-sudut yang berbeda. Sinar X ditransmisikan menembus tubuh untuk
diterima oleh detektor pada sisi yang berlawanan. Setiap citra sinar-X
menangkap selapis tipis potongan anatomi tubuh. Biasanya penderita mendapat
suntikan bahan kontras dalam jumlah keecil. Suntikan, biasanya yodium diberikan
melalui perifer, untuk mempertajam perbedaan antara struktur-struktur jantung
dan darah (Robbins dan kumar, 1995).
3.2.4 Pencitraan radionuklid
Pencitraan
radionuklid memerlukan suntikan intravena suatu bahan isotop radioaktif dalam
jumlah kecil. Suntikan ini di lakukan pada vena perifer. Isotop ini dapat
berikatan dengan elemen darah atau secara selektif akan diambil oleh miokardium
normal atau yang mengalami infark., sehingga menjadi suatu radioaktif pemandu
(Sylvia, 1994).
Pada saat ini dipakai 3 teknik radionuklid
yaitu: (1) pencitraan miokardium dengan thalium untuk evaluasi perfusi
miokardium, (2) pencitraan lekatinfark memakai teknetium untuk mendeteksi
nekrosis miokardium akut, (3) sidik pool darah dengan memakai teknetium untuk
evaluasi fungsi vertikel (Robbins dan kumar, 1995).
3.2.5 Computed Emission Tomography
Computed
Tomography dapat dipakai bersama pencitraan radionuklid untuk membangun
bayangan tiga dimensi. Cara pemeriksaan dengan tomografy ini disebut Computed
Emission Tomography (CET) yang berbed dengan computed (transmission)
tomography. Citra dari pemeriksaan CET berdasarkan pada deteksi radiasi yang
dikeluarkan dari peluruhan radio nuklid dan bukan dengan jalan mendeteksi
sinar-X yang di transmisikan ke seluruh tubuh (Robbins dan kumar, 1995).
3.2.6 Digital Subtraction Angiography
Digital
Subtraction Angiography (DSA) dipakai untuk mempertajam gambaran angiografy
caranya yaitu dengan menyuntikan bahan kontras melalui vena sentral atau
perifer. Gambaran yang disebut sebagai mask image, direkam dan disimpan sebelum
penyuntikan bahan kontras. Kemudian dilakukan pengambilan berbagai gambar
sewaktu bahan kontras berjalan melalui jantung (Robbins dan kumar, 1995).
3.2.7 Magnetic Resonance Imaging
Magnetic
Resonance Imaging (MRI), sebelumnya dikenal dengan nama nuclear magnetic
resonance (NMR), adalah suatu teknik pencitraan dengan tomograpy yang tidak
memerlukan radionuklid. Resolusi gambar MRI mendeteksi hasil pemeriksaan
computed tomography. Tetapi, setelah menghitung biaya dari unit ini, pemakaian
secara luas untuk melakukan pemeriksaan jantung tampaknya akan terbatas sebelum
teknik analisis spektra biokimia atau teknik kuantifikasi jaringan (Robbins dan
kumar, 1995).
3.2.8 Uji berlatih
Latihan
jasmani dengan memakai treamill atau sepeda argometer memungkinkan evaluasi
gejala-gejala yang timbul akibat beraktifitas ataupun perubahan-perubahan
elektrokardiografik. Selama pengujian dilakukan pemantauan berbagai hantaran
EKG secara terus menerus, dan selain itu tekanan darah juga diperiks. Bila uji
berlatih ini abnormal, namun tidak diagnostik untuk penyakit arteria koronaria,
maka uji berlatih thalium atau stress imaging merupakan indikasi (Robbins dan
kumar, 1995).
3.2.9 Radiogram dada
Suatu
seri pemeriksaan radiografi dada dalam 4 posisi standar dapat membantu menata
kerangka diagnostik jantung. (1) posisi posteroanterior atau frontal, (2)
posisi lateral kiri dengan sisi sebelah kiri ke depan, (3) posisi miring
anterior kanan dengan tubuh berputar sekitar 60 derajat ke kiri, (4) posisi
miring anterior kiri dengan bahu kiri ke depan. Pada radiogram dada akan
didapat temuan-temuan sebagai berikut : (1) pembesaran jantung secara umum,
atau kardiomegali, (2) pembesaran lokal salah satu ruang jantung, (3)
klasifikasi katup atau arteria koronaria, (4) kongesti vena pulmonalis, (5)
edema interstisal atau alveolar, (6) pembesaran arteria pulmonalis atau
dilatasi aorta asendens (Sylvia, 1994).
3.3 PROSEDUR
DIAGNOSTIK INVASIF
3.3.1 Study elektrofisiologi
Study
elektrofisiologi (EP) memungkinkan suatu analisis mekanisme pembentukan implus
dan konduksi jantung yang lebih rinci dibandingkan dengan pencatatan
elektrokardiografik standar. Studi EP dipakai untuk tujuan-tujuan berikut: (1)
untuk menilai fungsi sudut sinus, (2) untuk evaluasi hantaran nodus (3) untuk
analisis kompleks atrial dan takikardia ventrikular dan (4) untuk menentukan
evektifitas dari terapi farmakologi ataupun terapi pacu jantung disritmia
refraker (Sylvia, 1994).
3.3.2 Kateterisasi pada penyakit katup jantung
Kateterisasi
berguna untuk memastikan adanya stenosis atau insufisiensi katup, memperkirakan
berat lesi, dan untuk memastikan atau menyingkirkan adanya gangguan tersebut.
Cara pendekatan pada kedua lesi –stenosis atau obstruksi aliran darah dan
regurgitasi atau aliran balik melalui katup (Sylvia, 1994).
3.3.3 Pemantauan hermodinamik
Parameter-parameter
hermodinamik berikut dapat dipantau dengan unit perawatan gawat darurat (1)
tekanan vena sentral atau tekanan atrium kanan dan tekanan atrium kiri (2) tekanan ventrikel kanan dan secara tak
langsung juga tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri (3) tekanan arteri
pulmonalis dan tekanan baji kapiler paru, (4) tekanan arteria (5) curah jantung
(Sylvia, 1994).
BAB IV
KESIMPULAN
Jantung
merupakan organ vital yang berperan penting mengalirkan darah keseluruh tubuh
dan membawa zat gizi bagi sel-sel organ di seluruh tubuh. Terdapat berbagai
macam penyakit jantung, tetapi penyakit jantung yang umumnya diderita adalah
penyakit jantung koroner. Selain
penyakit jantung koroner, masih ada penyakit jantung lainnya diantaranya yaitu
gagal jantung, serangan jantung, aritmania, perikarditis, dan penyakit jantung
bawaan.
Semakin banyak teknik diagnostik canggih
yang memungkinkan kita mendeteksi penyakit jantung dan cacat klinisnya. Tetapi
penggunaan teknik-teknik ini dan interpretasi hasil pemeriksaan gan hanyalah
merupakan pelengkap penilaian klinis dan sistematis dari pasien yang bersangkutan, dan bukan
merupakan suatu pemeriksaan yang menggantikan, anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap
dari pasien tersebut. Karena itu, suatu tinjauan singkat dari pemeriksaan
sistematis di samping tempat tidur penderita penyakit jantung harus dilakukan
sebelum melangkah ke prosedur diagnostik yang umum.
Diagnosis penyakit jantung dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan (1) penilaian klinis yang terdiri
dari anamnesis, pemeriksaan fisik, denyut dan tekanan arteria, tekanan dan
denyut vena, gerakan prekordial jantung, bunyi jantung. (2) prosedur diagnostik
non invasif, yang terdiri dari ektrokardiogram permukaan, ekokardiografi, CT
(Computed Tomography) scan, pencitraan
radionuklid, computed Emission Tomography, digital Subtraction
Angiography,
magnetic Resonance Imaging, uji
berlatih, radiogram
dada. (3) prosedur diagnostik invasif terdiri dari study elektrofisiologi, kateterisasi
pada penyakit katup jantung, pemantauan hermodinamik.
.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,
A. C. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
7. Jakarta : EGC
Herdin,
sibuea. 2005. Ilmu penyakit dalam,
cetakan kedua. Jakarta : PT Rineka Cipta
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita selekta kedokteran, Edisi 3, Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Nadesul,
H. 2009. Resep mudah tetap sehat.
Jakarta : PT Kompas Media Nusantara
Robbins
dan kumar. 1995. Patologi II, Edisi 4.
Jakarta : EGC
Sylvia. 1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4.
Jakarta : EGC
Sylvia. 1994. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 6.
Jakarta : EGC
Utami, P. 2009. Solusi Sehat mengatasi jantung koroner.
Jakarta : PT Agromedia Pustaka