KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena
berkat rahmat dan hihayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan tema “Perubahan Psikologis Ibu Pada Masa Nifas, Menopause dan
pengelolaan psikologi pada Wanita” sesuai waktu yang di tentukan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis mendapatkan banyak
pengaruh dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat Ibu
Nurul fatmawati, SST. selaku dosen
pengampu matakuliah psikologi kebidanan dan teman-teman kelompok yang
telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Tuhan YME memberikan balasan pahala atas semua amal
kebaikan yang diberikan. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan, akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Mataram,
07 Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang
dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai
tugas dan tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami
perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Secara
psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala
psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang
tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak
berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak
mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri
menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagi bidan untuk mengetahui tentang
penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, suatu variasi atau penyimpangan
dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Menopausemerupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi
pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat
kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya.
Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi
yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang
dijalani oleh semua perempuan (Baziad, 2003).
Berat-ringannya
perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh kedewasaan berpikir,
faktor sosial ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause dan kematangan
mental. Bila seorang perempuan tidak siap mental menghadapi periode klimakterik
atau fase menjelang menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan
dukungan positif akan berakibat tidak baik (Irawati, 2007).
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui perubahan psikologi yang dialami oleh
ibu pada masa nifas.
2.
Untuk mengetahui perubahan psikologi yang dialami pada
masa menopause
3.
Untuk mengetahui cara pengelolaan psikologi pada
remaja, ibu hamil.
C.
Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya tentang kebutuhan
psikologis remaja pada saat menstruasi, ibu hamil dan perubahan yang dialami
ibu pada masa nifas dan menopause.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perubahan psikologi pada ibu
nifas.
Secara psikologis, setelah
melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala psikiatrik, demikian juga
pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal
ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan
emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
B. Post
Partum Blues
1. Pengertian
Merupakan
kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara
waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi atau
Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan.
2. Faktyor
Penyebab
a. Faktor Hormonal, berupa perubahan
kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah.
b. Faktor Usia.
c. Pengalaman dalam pross kehamilan dan
persalinan.
d. Adanya perasaan belum siap
menghadapi lahirnya bayi.
e. Latar belakang psikososial wanita
yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi,
serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
3. Gejala
Reaksi
depresi/sedih, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil
perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu
makan.
4. Pencegahan
a. Beristirahat ketika bayi tidur
b. Berolah raga ringan, ikhlas dan
tulus dengan peran baru sebagai ibu
c. Tidak perfeksionis dalam hal
mengurusi bayi
d. Bicarakan rasa cemas dan
komunikasikanbersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
5. Penanganan
a. Dengan cara pendekatan komunikasi
terapeutik.
b. Dengan dukungan keluarga dalam
mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas cara
peningkatan support
c. Meningkatkan support mental atau
dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan
masa nifas.
C. Depresi Post Partum
Depresi
berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.
1) Faktor Penyebab
a. Faktor konstitusional
Gangguan
post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang meliputi riwayat hamil
sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau tidak dari kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
b. Faktor fisik
Terjadi
karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait dengan terjadinya
depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
c. Faktor psikologi
Paralihan
yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir kehamilan menjadi dua
individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung pada penyesuaian psikologis
individu.
2) Gejala
a. Kelelahan
dan perubahan mood
b. Gangguan
nafsu makan dan gangguan tidur
c. Tidak mau
berhubungan dengan orang lain
d. Tidak
mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
3) Penanganan
Untuk
mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
a. beristirahat dengan baik
b. berolahraga yang
ringan
c. berbagi cerita dengan orang lain
d. bersikap fleksible
e. bergabung dengan orang-oarang baru
f. sarankan untuk berkonsultasi dengan
tenaga medis
D. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan
masa nifas terdiri dari :
1.
Kunjungan I (6- 8 jam setelah persalinan)
Tujuannya :
a. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
2.
Kunjungan
II (6 hari setelah persalinan)
Tujuannya:
a. Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda–tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, minuman dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan dan
memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari– hari.
3.
Kunjungan
III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuannya
:
a. Mengevaluasi perjalanan postpartum,
kesejahteraan ibu dan bayi
b. Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu
terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
c. Eratkan hubungan saling percaya dan
konseling sesuai kebutuhan
4.
Kunjungan
IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya
a. Menanyakan ibu tentang penyakit –
penyakit yang dialami
b. Memberikan konseling untuk KB secara
dini (Mochtar, 1998)
Perubahan psikologis pada masa menopause seperti
kehilangan sesuatu yang dibayangkan tentang kehidupan dan harus menyesuaikan
gejala menopause yang asing baginya. Ketidak teraturan haid secara bawah sadar
meningkatkan kecemasan wanita bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang.
Dia menjadi tua, merasa ditolak dan mencapai akhir dari kehidupan. Emosi yang
negatif ini tentu saja hanya berlangsung sementara.
Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause
melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama
adalah tahap dimana perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup
singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan,
ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainya muncul. Yang
ketiga merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si
wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan
sebelumnya tinggal sebagai mimpi buruk.
E. Perubahan
Psikolog Pada Menopause
1.
Definisi Menopause
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak
arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani
yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan
suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena
penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur).
Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun,
meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Prawirohardjo
Sarwono, 2003).
2.
Perubahan Psikolog Pada Menopause
Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang
bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan organ
reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis.
Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena
masa menopause adalah masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah
pada masa transisi ini.
F.
Depresi
Menstrual
1.
Pengertian
Adalah keadaan yang pernah timbul pada
masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif
(menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini sekalipun
wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja timbul
dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan datangnya
siklus haid.
Depresi merupakan manifestasi dari
kepedihan hati dan kekecewaan bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang
lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
2. Cara mengatasi
gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu:
a.
Dukungan Informatif
1) Memberikan
konseling khusus berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan dialami
oleh semua wanita.
2) Memberikan
nasehat agar wanita tersebut mau dan menerima siklusnya.
3) Memberikan
nasehat agar dapat menerima keadaanya dengan lapang dada.
4) Memberikan
informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan yang
terjadi pada suaminya.
5) Memberikan nasehat
untuk mencari lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak,
elektronik dan lain – lain.
6) Memberi nasehat
untuk mencari dukungan spiritual.
7) Memberi contoh
– contoh pengalaman positif tentang wanita menopause.
8) Menganjurkan
untuk berolahraga.
9) Memberi latihan
penanganan stress.
10) Memberi nasehat
untuk konsultasi ke dr. Obgyn atau psikolog bila perlu.
b.
Dukungan Emosional
1)
Mempunyai rasa empati terhadap hal yang
dialami oleh wanita menopause.
2)
Melibatkan anggota keluarga terutama
suami dalam memahami kondisi istrinya.
3)
Memberikan perhatian dan kepedulian
kepada wanita tersebut.
4)
Menciptakan lingkungan keluarga yang
nyaman, tenang, harmonis dan saling pengertian.
c.
Dukungan Penghargaan
1)
Memberi penghormatan sehingga wanita
tersebut merasa dihargai.
2)
Memberi dorongan atau support sehingga
wanita tersebut bisa percaya diri.
d. Dukungan
Instrumental
1)
Memberi bantuan tenaga terhadap apa
yang dibutuhkan oleh wanita menopause.
2)
Memberi bantuan materi (yang diberikan
keluarga).
G.
Masturbasi
Klitoris
1. Pengertian
Banyak
wanita yang dahulu selama masa produktif menjadi dingin-beku secara seksual,
pada masa klimakteris ini tiba-tiba saja seksualitasnya menjadi hangat membara lagi, dan
ia menjadi sensitive sekali. Akan tetapi, ada juga wanita-wanita yang selama periode
produktifnya memiliki seksualitas yang normal, justru pada usia klimakteris ini
mereka menjadi beku dingin secara seksual.
Adakalanya
pada wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat membara
lagi ia sensitive sekali sehingga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris
(onani kelentit).
2. Cara mengatasi gangguan psikologis
masturbasi :
a.
Memberi nasehat untuk memenuhi
kebutuhan sex secara sehat.
b.
Memberi nasehat untuk konsultasi ke
ahli kebidanan untuk mendapat terapi.
c.
Memberi konseling bahwa wanita
menopause bisa melakukan hubungan sex.
d.
Mengkomunikasikan masalah pada suami
dan diharapkan suami mau membantu memecahkan masalah, mamberi dukungan kepada
istrinya.
H.
Ide Delerius
1.
Pengertian
Adalah ide yang berisikan kegilaan,
nafsu-nafsu petualanganjika pada usia pubertas sudah pernah muncul predisposisi
psiko somatis dan gejala psikis histeris, nafsu-nafsu petualangan dan gangguan
psikis lain, maka pada usia klimakteris ini predisposisi dan gejala-gejala
abnormal tadi akan muncul kembali. Biasanya gejala tersebut berisikan ide
delirius (kegilaan).
2.
Cara mengatasi gangguan psikologis
tersebut yaitu dengan:
a.
Memberikan nasihat agar lebih
mendekatkan diri pada Tuhan.
b.
Memberikan nasihat mengembangkan
pikiran-pikiran atau ide yang positif dalam kehidupannya.
I.
Aktifitas
Hipomanis Semu
1.
Pengertian
Aktifitas hipomanis semu adalah
gangguan ini ditandai dengan seolah – olah wanita ini merasakan vitalitas
hidupnya jadi bertambah. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu
meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari
awal lagi. Wanita ini merasakan seolah-olah vitalitas kehidupannya jadi
bertambah.
2.
Cara mengatasi gangguan psikologis
tersebut yaitu:
a.
Memberi nasehat agar aktifitas yang
dilakukan dapat mengarah ke hal-hal yang positif contohnya berolahraga,
menghadiri ceramah, dll dan mengisi waktu dengan kegiatan yang memperdalam
kebudayaan atau bakat, misalnya melukis, dll.
b.
Mengisi kegiatan dengan memperdalam
kebudayaan atau bakat.
J.
Infantile
Infantile
pada masa menopause adalah sifat kekanak-kanakan yang timbul setelah puber
kedua ini. Saat menopause muncul kembali
ingatan masa kecil, keceriaan, harapan, permainan, lepas, gembira, asyik, dan
masih banyak suasana kegembiraan yang menyertai. Pada masa menopause infantil ini rasa keinginan selalu
ingin terpenuhi, layaknya seperti anak-anak.
K.
Insomnia
1. Pengertian
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai
atau mempertahankan tidur. Sejumlah faktor dikombinasikan dalam menopause
mengganggu tidur. Tingkat hormon, masalah kesehatan, gaya hidup, dan ketegangan
situasional semua berperan dalam hal ini.
Setelah usia 40 atau 45 tahun, wanita
mungkin mengalami kesulitan untuk bisa tidur atau tetap tidur:
1) Penurunan
kadar hormon.
2) Kemerahan
dan berkeringat di malam hari.
3) Depresi
dan kecemasan.
4) Masalah
fisik lain seperti kesulitan bernapas, masalah tiroid, sakit dll.
5) Penggunaan
kafein, alkohol nikotin yang berlebihan, atau penggunaan beberapa suplemen.
6) Masalah
Sosial dan keluarga seperti orang tua yang sakit, perceraian, kekhawatiran
pekerjaan, masalah keuangan dll.
7) Berbagai
obat-obatan digunakan untuk ketidaknyamanan fisik yang berbeda.
Untuk masalah
ini, semakin wanita kehilangan tidur karena gejala menopause, gejala insomnia
akan lebih jelas terjadi. Kemurungan akan menjadi lebih intens, kelelahan
ekstrim menjadi umum.
L.
Gangguan konsep
diri
Gangguan konsep diri adalah konsep diri
negatif yang akan cenderung membuat
individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal
dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.
Menurut William D. Brooks dan Philip
Emmert ada lima tanda individu yang memiliki konsep dirinegatif, yaitu :
1)
Ia peka pada kritik. Orang ini sangat
tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah dan naik pitam.
2)
Orang yang memiliki konsep diri
negatif, responsif sekali terhadap pujian, ia tidak dapatmenyembunyikan
antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
3)
Memiliki sikap hiperkritis terhadap
orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkanapapun dan siapapun.
Mereka tidak mampu mengungkapkan penghargaan atau pengakuan padakelebihan orang
lain.
4)
Cenderung merasa tidak disenangi orang
lain. Ia merasa tidak diperhatikan, dan ia bereaksi padaorang lain sebagai
musuh sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.
5)
Bersikap pesimis terhadap kompetisi
seperti ia enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia
menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.Ciri
khas individu yang berkonsep diri negatif adalah ketidak akuratan pengetahuan
tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai pemahaman atau pengetahuan
yang kurang atau sedikitt entang dirinya, ia tidak sungguh-sungguh mengetahui
siapa dia, apa kelebihan dan kekurangannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep diri negatif akan cenderung membuatindividu bersikap tidak
efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan
penguasaanlingkungan dalam masyarakat.
Cara mengatasi gangguan psikologi insomia,gangguan konsep diri dan
infantile pada masa
menopause adalah :
1)
Kembangkan kebiasaan tidur dan
mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara santai, musik yang
menyenangkan.
2)
Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang
dan jangan kurang karena akan mengganggu tidur.
3)
Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan
jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih juga rapi.
4)
Dapatkan udara segar, jangan tidur
dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan menambah
karbodioksida yang dihirup.
5)
Batasi minum/cairan setelah jam 16.00
karena akan bak waktu malam hari.
6)
Jernihkan pikiran, cobalah
menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua kecemasan sebelum tidur.
7)
Menunda jam tidur dan tidak tidur
siang.
8)
Mengerti dan menerima diri sendiri
tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.’
9)
Aktifitas social dan agama dapat
memberikan kepuasan batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri
kepada-Nya.
10)
Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya
pengertian dan
dorongan anggota kelurga akan membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa
ringan dan membawa kebahagiaan.
11)
Pengobatan dengan esterogen dan
kombinasi psikoterapi.
Pengelolaan Perubahan Psikologi
A. Cara Mengatasi Psikologis Menstruasi
Cara mengatasi gangguan-gangguan
psikologi pada masa menstruasi adalah dengan melakukan konsultasi atau konsling
pada tenaga kesehatan seperti bidan, dokter dan sebagainya dan menjadikan
tenaga kesehatan tersebut sebagai konselor. Peran atau tugas sebagai konselor
ini yaitu sebagai berikut:
1. Memberi penjelasan kepada klien,
bahwa proses menstruasi merupakan suatu proses fisiologi atau normal yang pasti
akan terjadi dan akan dialami oleh setiap wanita yang subur.
2. Memberi informasi-informasi positif
yang berguna yaitu mencptakan kondisi yang rileks karena antara tubuh dan
pikiran saling mempengaruhi. Pikiran yang tenang akan membuat sekresi hormon
bekerja dengan baik dan seimbang sehingga mampu mencegah terjadinya gangguan
fisiologis.
3. Memberikan saran untuk mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri saat proses menstruasi berlangsung, seperti istirahat
yang cukup, perbanyak minum air putih dan melakukan kompres air hangat pada
bagian perut.
4. Memberikan saran agar klien
melakukan yoga atau rileksasi. Berlatih yoga dapat membantu mengurangi nyeri
sendi, dan sakit punggungbagian bawah, termasuk juga mengurangi rasa
tersinggung dan jengkel.
5. Memberikan support mental atau
dukungan pada klien, agar lebih percaya diri dan tidak merasa takut dalam
menghadapi masa menstruasi.
B.
Cara Mengatasi Gangguan Psikologi
Saat Perkawinan
Perkawinan adalah suatu perkawinan sepasang mempelai yang
dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama, para sksi dan
sejumlah hadirin yang disahkan secara resmi sebagai suami isteri dengan upacara
ritual-ritual tertentu. Dimana bentuk proklamasi laki-laki dan wanita bersifat
dwi tunggal yakni saling memiliki satu sama lain.
Cara mengatasi gangguan psikologi
perkawinan
a.
Konseling Mengatasi
Kesulitan/Gangguan yaitu:
1) Menghadapi kenyataan
2) Suami istri perlu menghadapi kenyataan hidup
dari semua yang terungkap dan tersingkap.
3) Penyesuian timbal balik, Perlu usaha terus
menerus dengan saling memperhatikan, saling mengungkapkan cinta dengan tulus,
menunjukkan pengertian, penghargaan dan saling memberi dukungan serta semangat
4) Latar belakang suasana yang baik, Untuk
menciptakan suasana yang baik, dilatarbelakangi oleh pikiran-pikiran, perbuatan
dan tindakan yang penuh kasih sayang.
5) Komunikasi yang baik, Dengan membina dan
memelihara komunikasi di dalam keluarga dan dengan masyarakat di luar keluarga.
Menurut Latipun (2001) konseling perkawinan dapat digunakan
sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah.
b.
Tujuan Konseling Perkawinan
Konseling
perkawinan dilaksanakan tidak bermaksud untuk mempertahankan suatu
keluarga.Konselor berpandangan bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk
memutuskan cerai atau tidak sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi
pasangan.Konseling perkawinan dimaksudkakan membantu klien untuk mengaktualkan
diri yang menjadi perhatian pribadi.
c.
Tipe Konseling Perkawinan
1)
Concurent
marital counseling,
Konseling dilakukan secara terpisah, metode ini digunakan bila salah seorang
partner memiliki masalah psikis tertentu untuk dipecahkan tersendiri selain
juga mengatasi masalah yang berhubungan dengan pasangannya.
2)
Collaborative
marital counseling
Setiap partner secara individual menjumpai konselor yang berbeda
3)
Conjoint
marital conseling,
Suami isteri datang bersama-sama ke seorang atau beberapa orang konselor.
4)
Couples
group counseling,
Beberapa pasangan secara bersama-sama datang ke seseorang atau beberapa konselor.
Cara Mengatasi Gangguan
Psikologis Ibu
Pada SaatKehamilan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah psikologis ibu pada saat kehamilan, yaitu:
a. Bersikap
terbuka dengan pasangan
b. Konsultasi
dengan bidan atau tenaga kesehatan yang lain.
1) Menjelaskan
bahwa apa yang dirasakan ibu adalah sesuatu yang normal.
2) Mengungkapkan
bahwa setiap pengalaman kehamilan adalah unik.
3) Menjelaskan
tentang kebutuhan nutrisi, petumbuhan bayi, tanda-tanda kelahiran dan
tanda-tanda bahaya kehamilan.
4) Mendiskusikan
tentang ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu dan cara mengatasinya.
5) Mendiskusikan
tentang rencana persalinan
c.
Curahkan isi
hati kepada pasangan atau sahabat.
d.
Usahakan lebih
banyak istirahat
e.
Jangan ragu
untuk meminta bantuan kepada suami, teman, ataupun keluarga.
f.
Luangkan waktu,
untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat atau apapun yang
dapat menghibur diri
g.
Menciptakan
suasana yang nyaman dan tenteram bagi ibu.
h.
Melakukan
antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu mensyukuri
kehamilan tersebut sebagai anugerah yang Tuhan berikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai
dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai
tugas dan tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami
perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Secara
psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala psikiatrik,
demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak
mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu
perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami
perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang ibu. Penting sekali sebagi bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan
asuhan khusus dalam masa nifas ini, suatu variasi atau penyimpangan dari
penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Menopausemerupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi
pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat
kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya.
Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi
yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang
dijalani oleh semua perempuan (Baziad, 2003).
DAFTAR PUSTAKA :
Jhaquin,
Arrewenia. 2010. Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Nirwana,
Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita (Remaja, Menstruasi, Menikah,
Hamil, Nifas, dan Menyusui). Yogyakarta. Nuha Medika.
Bahiyatun,
2011. Buku Ajar Bidan Psikolgi Ibu dan Anak. Jakarta. EGC.
Dahro,
Ahmad. 2012. Psikologi Kebidanan : Analisis Perilaku Wanita untu Kesehatan.
Jakarta. Salemba Medika.
Pieter,
Herri Zan dan Lubis, N. L. Pengantar Psikologis untuk Kebidanan.
Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Jannah,
Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta. Ar Ruzz Media.
Uripmi,
Lia C. 2011. Psikologi Kebidanan. Yogyakarta. EGC
Varney H, dkk. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi
4 Volume 1. Jakarta: EGC.
Halaman 501-04.
2.
Wulandari,
Diah (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offiset.
Halaman 86-95.
3.
Priyanto
A,. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan
untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 49, 73-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar