Selasa, 10 Mei 2016

MAKALAH PSIKOLOGI TENTANGPERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS, MENOPAUSE DAN PENGELOLAAN PSIKOLOGI ”

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat rahmat dan hihayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Perubahan Psikologis Ibu Pada Masa Nifas, Menopause dan pengelolaan psikologi pada Wanita” sesuai waktu yang di tentukan.
Dalam menyusun makalah  ini, penulis mendapatkan banyak pengaruh dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Ibu  Nurul fatmawati, SST. selaku dosen  pengampu matakuliah psikologi kebidanan dan teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga Tuhan YME memberikan balasan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.
Mataram, 07 Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagi bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Menopausemerupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang dijalani oleh semua perempuan (Baziad, 2003).
Berat-ringannya perempuan dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh kedewasaan berpikir, faktor sosial ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause dan kematangan mental. Bila seorang perempuan tidak siap mental menghadapi periode klimakterik atau fase menjelang menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan dukungan positif akan berakibat tidak baik (Irawati, 2007).
B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui perubahan psikologi yang dialami oleh ibu pada masa nifas.
2.      Untuk mengetahui perubahan psikologi yang dialami pada masa menopause
3.      Untuk mengetahui cara pengelolaan psikologi pada remaja, ibu hamil.
C.    Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya tentang kebutuhan psikologis remaja pada saat menstruasi, ibu hamil dan perubahan yang dialami ibu pada masa nifas dan menopause.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perubahan psikologi pada ibu nifas. 
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
B.  Post Partum Blues
1.      Pengertian
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi atau Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
2.      Faktyor Penyebab
a.       Faktor Hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah.
b.      Faktor Usia.
c.       Pengalaman dalam pross kehamilan dan persalinan.
d.      Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
e.       Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi, serta keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
3.      Gejala
Reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
4.      Pencegahan
a.       Beristirahat ketika bayi tidur
b.      Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
c.       Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
d.      Bicarakan rasa cemas dan komunikasikanbersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
5.      Penanganan
a.       Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
b.      Dengan dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas cara peningkatan support
c.       Meningkatkan support mental atau dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas.
C.  Depresi Post Partum
Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari.
1)      Faktor Penyebab
a.       Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau tidak dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.
b.      Faktor fisik
Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
c.       Faktor psikologi
Paralihan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung pada penyesuaian psikologis individu.
2)      Gejala
a.       Kelelahan dan perubahan mood
b.      Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
c.       Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d.      Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
3)      Penanganan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat  sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
a.    beristirahat dengan baik
b.   berolahraga yang ringan   
c.    berbagi cerita dengan orang lain
d.   bersikap fleksible
e.    bergabung dengan orang-oarang baru
f.    sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
D.  Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1.        Kunjungan I (6- 8 jam setelah persalinan)
Tujuannya :
a.       Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b.      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut
c.       Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d.      Pemberian ASI awal.
e.       Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f.       Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2.        Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuannya:
a.       Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.      Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c.       Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
d.      Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e.       Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3.        Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuannya :
a.       Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
b.      Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
c.       Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan
4.        Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya
a.       Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami
b.      Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)
Perubahan psikologis pada masa menopause seperti kehilangan sesuatu yang dibayangkan tentang kehidupan dan harus menyesuaikan gejala menopause yang asing baginya. Ketidak teraturan haid secara bawah sadar meningkatkan kecemasan wanita bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia menjadi tua, merasa ditolak dan mencapai akhir dari kehidupan. Emosi yang negatif ini tentu saja hanya berlangsung sementara.
Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap dimana perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainya muncul. Yang ketiga merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya tinggal sebagai mimpi buruk.
E.  Perubahan Psikolog Pada Menopause
1.      Definisi Menopause
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Prawirohardjo Sarwono, 2003).
2.      Perubahan Psikolog Pada Menopause
Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis. Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini.
F.   Depresi Menstrual
1.      Pengertian
Adalah keadaan yang pernah timbul pada masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif (menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini sekalipun wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja timbul dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan datangnya siklus haid.
Depresi merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
2.      Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu:
a.        Dukungan Informatif
1)      Memberikan konseling khusus berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
2)      Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan menerima siklusnya. 
3)      Memberikan nasehat agar dapat menerima keadaanya dengan lapang dada. 
4)      Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan yang terjadi pada suaminya.
5)      Memberikan nasehat untuk mencari lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak,  elektronik dan lain – lain. 
6)      Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual. 
7)      Memberi contoh – contoh pengalaman positif tentang wanita menopause. 
8)      Menganjurkan untuk berolahraga. 
9)      Memberi latihan penanganan stress. 
10)  Memberi nasehat untuk konsultasi ke dr. Obgyn atau psikolog bila perlu.
b.        Dukungan Emosional
                                          1)      Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause.
                                          2)      Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kondisi istrinya.
                                          3)      Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut.  
                                          4)      Menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, harmonis dan saling pengertian.
c.        Dukungan Penghargaan
                                       1)      Memberi penghormatan sehingga wanita tersebut merasa dihargai. 
                                       2)      Memberi dorongan atau support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
d.       Dukungan Instrumental 
                                          1)      Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause.
                                          2)      Memberi bantuan materi (yang diberikan keluarga).
G.    Masturbasi Klitoris
1.      Pengertian
            Banyak wanita yang dahulu selama masa produktif menjadi dingin-beku secara seksual, pada masa klimakteris ini tiba-tiba saja seksualitasnya menjadi hangat membara lagi, dan ia menjadi sensitive sekali. Akan tetapi, ada juga wanita-wanita yang selama periode produktifnya memiliki seksualitas yang normal, justru pada usia klimakteris ini mereka menjadi beku dingin secara seksual.
            Adakalanya pada wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat membara lagi ia sensitive sekali sehingga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani kelentit).
2.      Cara mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
a.         Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara sehat.
b.        Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk mendapat terapi.
c.         Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan hubungan sex.
d.        Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami mau membantu memecahkan masalah, mamberi dukungan kepada istrinya.
H.    Ide Delerius
1.      Pengertian
Adalah ide yang berisikan kegilaan, nafsu-nafsu petualanganjika pada usia pubertas sudah pernah muncul predisposisi psiko somatis dan gejala psikis histeris, nafsu-nafsu petualangan dan gangguan psikis lain, maka pada usia klimakteris ini predisposisi dan gejala-gejala abnormal tadi akan muncul kembali. Biasanya gejala tersebut berisikan ide delirius (kegilaan).
2.      Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu dengan:
a.         Memberikan nasihat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
b.        Memberikan nasihat mengembangkan pikiran-pikiran atau ide yang positif dalam kehidupannya.
I.       Aktifitas Hipomanis Semu
1.      Pengertian
Aktifitas hipomanis semu adalah gangguan ini ditandai dengan seolah – olah wanita ini merasakan vitalitas hidupnya jadi bertambah. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari awal lagi. Wanita ini merasakan seolah-olah vitalitas kehidupannya jadi bertambah.
2.      Cara mengatasi gangguan psikologis tersebut yaitu:
a.       Memberi nasehat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal yang positif contohnya berolahraga, menghadiri ceramah, dll dan mengisi waktu dengan kegiatan yang memperdalam kebudayaan atau bakat, misalnya melukis, dll.
b.      Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat.
J.      Infantile
      Infantile pada masa menopause adalah sifat kekanak-kanakan yang timbul setelah puber kedua ini. Saat menopause muncul kembali ingatan masa kecil, keceriaan, harapan, permainan, lepas, gembira, asyik, dan masih banyak suasana kegembiraan yang menyertai. Pada masa menopause infantil ini rasa keinginan selalu ingin terpenuhi, layaknya seperti anak-anak. 
K.    Insomnia
1.      Pengertian
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Sejumlah faktor dikombinasikan dalam menopause mengganggu tidur. Tingkat hormon, masalah kesehatan, gaya hidup, dan ketegangan situasional semua berperan dalam hal ini.
Setelah usia 40 atau 45 tahun, wanita mungkin mengalami kesulitan untuk bisa tidur atau tetap tidur:
1)  Penurunan kadar hormon.
2)  Kemerahan dan berkeringat di malam hari.
3)  Depresi dan kecemasan.
4)  Masalah fisik lain seperti kesulitan bernapas, masalah tiroid, sakit dll.
5)   Penggunaan kafein, alkohol nikotin yang berlebihan, atau penggunaan beberapa suplemen.
6)  Masalah Sosial dan keluarga seperti orang tua yang sakit, perceraian, kekhawatiran pekerjaan, masalah keuangan dll.
7)  Berbagai obat-obatan digunakan untuk ketidaknyamanan fisik yang berbeda.
Untuk masalah ini, semakin wanita kehilangan tidur karena gejala menopause, gejala insomnia akan lebih jelas terjadi. Kemurungan akan menjadi lebih intens, kelelahan ekstrim menjadi umum.
L.     Gangguan konsep diri
Gangguan konsep diri adalah konsep diri negatif  yang akan cenderung membuat individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda individu yang memiliki konsep dirinegatif, yaitu :
1)      Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah dan naik  pitam.
2)      Orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian, ia tidak dapatmenyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
3)      Memiliki sikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkanapapun dan siapapun. Mereka tidak mampu mengungkapkan penghargaan atau pengakuan padakelebihan orang lain.
4)      Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, dan ia bereaksi padaorang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.
5)      Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti ia enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.Ciri khas individu yang berkonsep diri negatif adalah ketidak akuratan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai pemahaman atau pengetahuan yang kurang atau sedikitt entang dirinya, ia tidak sungguh-sungguh mengetahui siapa dia, apa kelebihan dan kekurangannya.
      Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri negatif akan cenderung membuatindividu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaanlingkungan dalam masyarakat.
Cara mengatasi gangguan psikologi insomia,gangguan konsep diri dan infantile pada masa menopause adalah :
1)      Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara santai, musik yang menyenangkan.
2)      Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang karena akan mengganggu tidur.
3)      Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih juga rapi.
4)      Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan menambah karbodioksida yang dihirup.
5)      Batasi minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan bak waktu malam hari.
6)      Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua kecemasan sebelum tidur.
7)      Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
8)      Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
9)      Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
10)  Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengertian dan dorongan anggota kelurga akan membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
11)  Pengobatan dengan esterogen dan kombinasi psikoterapi.


Pengelolaan Perubahan Psikologi
A.    Cara Mengatasi Psikologis Menstruasi
Cara mengatasi gangguan-gangguan psikologi pada masa menstruasi adalah dengan melakukan konsultasi atau konsling pada tenaga kesehatan seperti bidan, dokter dan sebagainya dan menjadikan tenaga kesehatan tersebut sebagai konselor. Peran atau tugas sebagai konselor ini yaitu sebagai berikut:
1.      Memberi penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi merupakan suatu proses fisiologi atau normal yang pasti akan terjadi dan akan dialami oleh setiap wanita yang subur.
2.      Memberi informasi-informasi positif yang berguna yaitu mencptakan kondisi yang rileks karena antara tubuh dan pikiran saling mempengaruhi. Pikiran yang tenang akan membuat sekresi hormon bekerja dengan baik dan seimbang sehingga mampu mencegah terjadinya gangguan fisiologis.
3.      Memberikan saran untuk mengurangi ketegangan dan rasa nyeri saat proses menstruasi berlangsung, seperti istirahat yang cukup, perbanyak minum air putih dan melakukan kompres air hangat pada bagian perut.
4.      Memberikan saran agar klien melakukan yoga atau rileksasi. Berlatih yoga dapat membantu mengurangi nyeri sendi, dan sakit punggungbagian bawah, termasuk juga mengurangi rasa tersinggung dan jengkel.
5.      Memberikan support mental atau dukungan pada klien, agar lebih percaya diri dan tidak merasa takut dalam menghadapi masa menstruasi.
B.     Cara Mengatasi Gangguan Psikologi Saat Perkawinan
Perkawinan adalah suatu perkawinan sepasang mempelai yang dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama, para sksi dan sejumlah hadirin yang disahkan secara resmi sebagai suami isteri dengan upacara ritual-ritual tertentu. Dimana bentuk proklamasi laki-laki dan wanita bersifat dwi tunggal yakni saling memiliki satu sama lain.
Cara mengatasi gangguan psikologi perkawinan
a.      Konseling Mengatasi Kesulitan/Gangguan yaitu:
1)  Menghadapi kenyataan
2)  Suami istri perlu menghadapi kenyataan hidup dari semua yang terungkap dan tersingkap.
3)  Penyesuian timbal balik, Perlu usaha terus menerus dengan saling memperhatikan, saling mengungkapkan cinta dengan tulus, menunjukkan pengertian, penghargaan dan saling memberi dukungan serta semangat
4)  Latar belakang suasana yang baik, Untuk menciptakan suasana yang baik, dilatarbelakangi oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuh kasih sayang.
5)  Komunikasi yang baik, Dengan membina dan memelihara komunikasi di dalam keluarga dan dengan masyarakat di luar keluarga.
Menurut Latipun (2001) konseling perkawinan dapat digunakan sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah.
b.      Tujuan Konseling Perkawinan
Konseling perkawinan dilaksanakan tidak bermaksud untuk mempertahankan suatu keluarga.Konselor berpandangan bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk memutuskan cerai atau tidak sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi pasangan.Konseling perkawinan dimaksudkakan membantu klien untuk mengaktualkan diri yang menjadi perhatian pribadi.
c.       Tipe Konseling Perkawinan
1)      Concurent marital counseling, Konseling dilakukan secara terpisah, metode ini digunakan bila salah seorang partner memiliki masalah psikis tertentu untuk dipecahkan tersendiri selain juga mengatasi masalah yang berhubungan dengan pasangannya.
2)      Collaborative marital counseling Setiap partner secara individual menjumpai konselor yang berbeda
3)      Conjoint marital conseling, Suami isteri datang bersama-sama ke seorang atau beberapa orang konselor.
4)      Couples group counseling, Beberapa pasangan secara bersama-sama datang ke seseorang atau beberapa konselor.
Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Pada SaatKehamilan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah psikologis ibu pada saat kehamilan, yaitu:
a.    Bersikap terbuka dengan pasangan
b.    Konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan yang lain.
1)    Menjelaskan bahwa apa yang dirasakan ibu adalah sesuatu yang normal.
2)    Mengungkapkan bahwa setiap pengalaman kehamilan adalah unik.
3)    Menjelaskan tentang kebutuhan nutrisi, petumbuhan bayi, tanda-tanda kelahiran dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
4)    Mendiskusikan tentang ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu dan cara mengatasinya.
5)    Mendiskusikan tentang rencana persalinan
c.    Curahkan isi hati kepada pasangan atau sahabat.
d.    Usahakan lebih banyak istirahat
e.    Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada suami, teman, ataupun keluarga.
f.     Luangkan waktu, untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat atau apapun yang dapat menghibur diri
g.    Menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram bagi ibu.
h.    Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang Tuhan berikan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai tugas dan tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi. Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagi bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Menopausemerupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang dijalani oleh semua perempuan (Baziad, 2003).
DAFTAR PUSTAKA :
Jhaquin, Arrewenia. 2010. Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita (Remaja, Menstruasi, Menikah, Hamil, Nifas, dan Menyusui). Yogyakarta. Nuha Medika.
Bahiyatun, 2011. Buku Ajar Bidan Psikolgi Ibu dan Anak. Jakarta. EGC.
Dahro, Ahmad. 2012. Psikologi Kebidanan : Analisis Perilaku Wanita untu Kesehatan. Jakarta. Salemba Medika.
Pieter, Herri Zan dan Lubis, N. L. Pengantar Psikologis untuk Kebidanan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta. Ar Ruzz Media.
Uripmi, Lia C. 2011. Psikologi Kebidanan. Yogyakarta. EGC
Varney H, dkk. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC. Halaman 501-04.
2.      Wulandari, Diah (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offiset. Halaman 86-95.
3.      Priyanto A,. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 49, 73-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar