MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
TANDA-TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN LANJUT
TANDA-TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN LANJUT
Disusun
oleh :
Nama : Puput Sri Utari
Nim : 15150020
Kelas : A 12.1
Nim : 15150020
Kelas : A 12.1
PRODI
D-III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN 2015/2016
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Dan harapan saya semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi kebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman saya,saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Yogyakarta,27
april 2016
penulis
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum atau post partum hemorargi atau hemorargi post partum atau PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab:
a. Uterus atonik (terjadi karena misalnya: plasenta atau selaput ketuban tertahan).
b. Trauma genetalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c. Koagulasi intravascular disetaminata.
d. Inversi uterus.
Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang t erjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina kandung kemih, rectum).
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, ruptur uterus).
2.2 Infeksi masa nifas.
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecahan ketuban atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini:
a. Nyeri pelvik.
b. Demam 38,5 0C atau lebih.
c. Rabas vagina yang abnormal.
d. Rabas vagina yang berbau busuk.
e. Keterlambatan dalam penurunan uterus.
• Bakteri penyebab sepsis puerpuralis:
1. Streptokoccus.
2. Stafilokoccus.
3. E. Coli.
4. Clostridium tetani.
5. Clostridium welchi.
6. Clamidia dan gonocokkus.
• Bakteri endogen.
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya. Bahkan jika tekhnik steril di gunakan dalam persalinan, infeksi ini masih dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika:
a. Bakteri ini masuk kedalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrumen pemeriksaan pelvik.
b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi atau jaringan mati.
c. Bakteri masuk sampai kedalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.
• Bakteri eksogen.
Bakteri ini masuk kedalam vagina dari luar yaitu:
a. Malalui tangan dan alat yang tidak steril.
b. Melaluui substansi.
c. Malalui aktivitas seksual.
• Tanda dan gejala sepsis puerpuralis.
a. Demam.
b. Nyeri pelviks.
c. Nyeri tekan di uterus.
d. Lokia berbau menyengat.
e. Terjadi keterlambatan dalam penurunan uterus.
f. Pada laserasi terasa nyeri., bengkak dan mengeluarkan darah.
• Faktor terjadi sepsis puerpuralis.
a. Anemia/kurang gizi.
b. Higieneyang buruk.
c. Tekhnik asptik yang buruk.
d. Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir.
e. Adanya jaringan mati pada jalan lahir.
f. Inersi tangan, instrumen atau pembalutyang tidak steril.
g. Ketuban pecah lama.
h. Pemeriksaan vagina yang sering.
i. Kielahiran melalui SC.
j. Laserasi vagina/serviks yang tidak di perbaiki.
k. PMS yang di derita.
l. Hemorragi post partum.
m. Tidak imunisasi tetanus.
n. Diabetes mellitus.
2.3 Sakit Kepela, Nyeri Epigastrik
A. Sakit kepala
Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius a dalah:
1. Sakit kepala hebat.
2. Sakit kepala yang menetap .
3. Tidak hilang dengan istirahat.
4. Depresi post partum .
Kadang – kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan.
• Gejala :
a. Tekanan darah naik atau turun.
b. Lemah.
c. Anemia.
d. Napas pendek atau cepat.
e. Nafsu makan turun.
f. Kemampuan berkonsentrasi kurang
g. Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong.
h. Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang pun mengerti.
i. Serangan cemas.
j. Merasa takut.
k. Berpikir obsesif.
l. Hilangnya rasa takut.
m. Control terhadap emosi hilang.
n. Berpikir tentang kematian.
• Penanganan:
a. Informed consent.
b. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga.
c. Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi 1x/hari.
d. Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik.
e. Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih.
f. Ukur keseimbangan cairan.
g. Persiapan rujukan.
h. Periksa Hb.
i. Periksa protein urine.
j. Observasi tanda-tanda vital.
k. Lebih banyak istirahat.
B. Nyeri epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut, dapat disertai dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa khawatir pada penderita akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada seperti jantung, paru dan lain-lain.
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi pada triwulan ke-3 kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan penyakit lanjutan pre¬eklamsia, yakni gejala di atas ditambah tanda gangguan saraf pusat, yakni terjadinya kejang hingga koma, nyeri frontal, gangguan penglihatan, mual hebat, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain karena terjadi reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan. Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang, reimplantasi tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh darah setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat jika kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali perlu me¬nimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga terjadi karena proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1g/liter atau lebih dalam air ken¬cing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
1. Tanda dan Gejala:
a. Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah.
b. 65 % dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah.
c. 31 % dengan sakit kepala.
2. Penanganan :
a. Informed consent
b. Mengobservasi TTV
c. Persiapan rujukan
d. Pemeriksaan darah rutin
e. Tes fungsi hati.
f. Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia).
g. Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam kon¬sentrasi 20%. Dosis ini diikuti dengan infus 2 g per jam.
h. Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10% i.v.
i. Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di atas 160/-110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis inisial 5mg) setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target tercapai atau kombinasi nifedipin dan MgSO4.
2.4 Penglihatan Kabur
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda preeklampsi. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot) , berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menunjukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita preeklamsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang, dengan akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklamsia. Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah, bikarbonat dan pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata dan kadar tersebut lebih meningkat lagi pada preeklamsia.
1. Tanda dan Gejala :
a. Peningkatan tekanan darah yang cepat
b. Oliguria
c. Peningkatan jumlah proteinuri
d. Sakit kepala hebat dan persisten
e. Rasa mengantuk
f. Penglihatan kabur
g. Mual muntah
h. Nyeri epigastrium
i. Hiperfleksi
2. Faktor resiko:
a. Primigravida
b. Wanita gemuk
c. Wanita dengan hipertensi esensial
d. Wanita dengan kehamilan kembar
e. Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
f. Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
g. Riwayat keluarga eklamsi
3. Peran Bidan :
a. Mendeteksi terjadinya eklamsi
b. Mencegah terjadinya eklamsi
c. Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
d. Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
4. Penanganan :
a. Informed consent
b. Segera rawat
c. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
d. Persiapan rujukan
e. Jika pasien tidak bernafas :
• Bebaskan jalan nafas
• Berikan oksigen
• Intubasi jika perlu
f. Jika pasien tidak sadar atau koma :
• Bebaskan jalan nafas
• Baringkan pada satu sisi
• Ukur suhu
• Jika pasien syok atasi dengan penanganan syok
• Jika ada perdarahan atasi penanganan perdarahan
g. Jika kejang :
• Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah.
• Bebaskan jalan nafas
• Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
2.5 Pembengkakan di Wajah atau Ekstrimitas
Pembengkakan wajah dan ektremitas atau yang sering disebut dengan udem sering ditemukan pada wanita hamil ataupun nifas. Baik karena perubahan fisiologis maupun perubahan yang patologis. Udem adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan , akibat adanya gannguan keseimbangan. Udem dapat terjadi oleh :
1. Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler seperti misalnya bila aliran darah vena tersumbat
2. Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma, terutama albumin sangat rendah
3. Sumbatan pada aliran limfe
4. Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes keluar dan masuk ke dalam jaringan serta menimbulkan tekanan osmotik yang melawan tekanan osmotik protein dalam aliran darah
Udem juga terlihat pada adanya trombosis pada vena – vena betis yang terletak dalam, biasanya merupakan komplikasi berbahaya akibat berbaring yang terlalu lama, yang menyebabkan aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga membeku. Trombosis seperti ini terjadi akibat infeksi. Keadaan pembengkakan wajah dan ekstremitas, sering menyertai kelainan – kelainan pada masa nifas, sebagai berikut
1. Preeklampsi
2. Syndrom Nefrotik
PERDARAHAN PERVAGINAM
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan
kepada ALLAH SWT karena atas ridho dan izin Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ASKEB III ”deteksi dini komplikasi masa nifas” ini dengan lancar tanpa
aral serta rintangan yang berarti.
Kami dalam menyelesaikan tugas
makalah ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan ini saya ingin
mengahaturkan ucapan terimakasih pada semua pihak yang turut membantu,
khususnya kepada orang-orang yang telah memberikan informasi terkait dengan
bahan-bahan pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Banjarbaru, 11 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
LATAR
BELAKANG
RUMUSAN
MASALAH
TUJUAN
PENULISAN
BAB II
2.1 Perdarahan
pervaginam
2.2 Infeksi masa
nifas
2.3 Penglihatan
kabur
2.4 Sakit
kepala, nyeri epigastrik
2.5 Pembengkakan
di wajah dan ektremitas
BAB III
3.1
KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi, seluruh
organ kandungan baru pulih kembali seperti sebelum hamil, dalam waktu 3 bulan
setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil,
karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan
setelah terjadinya proses kehamilan dan persalinan.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pasca nifas, masa nifas
dini dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu.
Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam
sesudah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas, yaitu 1 hari
sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut
adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa
nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis
berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal,
membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam
merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir,
dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah
melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas
guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan
sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1
jam sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan.
Sesudah bersalin, suhu badan ibu dapat naik 0,5 derajat C, tapi tidak melebihi
38 derajat C. Sesudah 12 jam pertama, suhu badan akan kembali normal. Bila suhu
melebihi dari 38 derajat C, kemungkinan telah terjadi infeksi. Rasa mulas di
perut setelah melahirkan timbul akibat kontraksi rahim dan biasanya lebih
terasa saat menyusui. Keluhan ini dapat dialami selama 2-3 hari sesudah
bersalin. Rasa mulas ini juga dapat timbul jika masih terdapat sisa selaput
ketuban, plasenta atau bekuan darah di dalam rongga rahim. Bila mulas tersebut
sangat mengganggu, dapat diberikan obat antinyeri dan penenang, supaya ibu
dapat beristirahat dan tidur.
Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang
timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan
otot-otot kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai
pembengkakan kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan si ibu
tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter (selang
kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang berikutnya
diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari
setelah bersalin, ibu harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja
mengeras, dapat diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan
usus). Demam dapat muncul jika tinja tertimbun lama di usus besar.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana
cara mendeteksi secara dini komplikasi pada masa nifas dan cara penanganannya.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui perdarahan pervaginam pada post partum.
2.
Untuk mengetahui infeksi masa nifas.
3.
Untuk mengetahui penglihatan kabur pada masa nifas.
4.
Untuk mengetahui sakit kepala, nyeri epigastrik pada post partum.
5.
Untuk mengetahui pembengkakan di wajah dan ektremitas pada post partum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum atau post partum hemorargi
atau hemorargi post partum atau PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc
atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemorargi post partum
primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah
kelahiran.
Penyebab:
a.
Uterus atonik (terjadi karena
misalnya: plasenta atau selaput ketuban tertahan).
b.
Trauma genetalia (meliputi
penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya
kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c.
Koagulasi intravascular
disetaminata.
d.
Inversi uterus.
Hemorargi
post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24
jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
1.
Fragmen plasenta atau selaput ketuban
tertahan.
2.
Pelepasan jaringan mati
setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina kandung kemih,
rectum).
3.
Terbukanya luka pada uterus
(setelah sectio caesaria, ruptur uterus).
2.2 Infeksi masa nifas.
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecahan ketuban atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau
lebih dari hal-hal berikut ini:
a.
Nyeri pelvik.
b.
Demam 38,5 0C atau lebih.
c.
Rabas vagina yang abnormal.
d.
Rabas vagina yang berbau
busuk.
e.
Keterlambatan dalam penurunan
uterus.
·
Bakteri penyebab sepsis
puerpuralis:
1.
Streptokoccus.
2.
Stafilokoccus.
3.
E. Coli.
4.
Clostridium tetani.
5.
Clostridium welchi.
6.
Clamidia dan gonocokkus.
·
Bakteri endogen.
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan
bahaya. Bahkan jika tekhnik steril di gunakan dalam persalinan, infeksi ini
masih dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen dapat membahayakan
dan menyebabkan infeksi jika:
a.
Bakteri ini masuk kedalam
uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrumen pemeriksaan pelvik.
b.
Bakteri terdapat dalam
jaringan yang memar, robek/ laserasi atau jaringan mati.
c.
Bakteri masuk sampai kedalam
uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.
·
Bakteri eksogen.
Bakteri ini masuk kedalam vagina dari luar yaitu:
a.
Malalui tangan dan alat yang
tidak steril.
b.
Melaluui substansi.
c.
Malalui aktivitas seksual.
·
Tanda dan gejala sepsis
puerpuralis.
a.
Demam.
b.
Nyeri pelviks.
c.
Nyeri tekan di uterus.
d.
Lokia berbau menyengat.
e.
Terjadi keterlambatan dalam
penurunan uterus.
f.
Pada laserasi terasa nyeri.,
bengkak dan mengeluarkan darah.
·
Faktor terjadi sepsis
puerpuralis.
a.
Anemia/kurang gizi.
b. Higieneyang buruk.
c.
Tekhnik asptik yang buruk.
d. Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir.
e.
Adanya jaringan mati pada
jalan lahir.
f.
Inersi tangan, instrumen atau
pembalutyang tidak steril.
g. Ketuban pecah lama.
h. Pemeriksaan vagina yang sering.
i.
Kielahiran melalui SC.
j.
Laserasi vagina/serviks yang
tidak di perbaiki.
k. PMS yang di derita.
l.
Hemorragi post partum.
m. Tidak imunisasi tetanus.
n. Diabetes mellitus.
2.3 Sakit
Kepela, Nyeri Epigastrik
A.
Sakit kepala
Nyeri kepala
pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat
menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius a dalah:
1.
Sakit kepala hebat.
2.
Sakit kepala yang menetap .
3.
Tidak hilang dengan istirahat.
4.
Depresi post partum .
Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak
dan meningkatnya resistensi otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang
dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan
penglihatan.
·
Gejala :
a.
Tekanan darah naik atau turun.
b.
Lemah.
c.
Anemia.
d.
Napas pendek atau cepat.
e.
Nafsu makan turun.
f.
Kemampuan berkonsentrasi kurang
g.
Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong.
h.
Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang pun
mengerti.
i.
Serangan cemas.
j.
Merasa takut.
k.
Berpikir obsesif.
l.
Hilangnya rasa takut.
m.
Control terhadap emosi hilang.
n.
Berpikir tentang kematian.
·
Penanganan:
a.
Informed consent.
b.
Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat
penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga.
c.
Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi
1x/hari.
d.
Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik.
e.
Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih.
f.
Ukur keseimbangan cairan.
g.
Persiapan rujukan.
h.
Periksa Hb.
i.
Periksa protein urine.
j.
Observasi tanda-tanda vital.
k.
Lebih banyak istirahat.
B. Nyeri epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut, dapat disertai
dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa khawatir pada penderita
akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada seperti jantung, paru dan
lain-lain.
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan penyakit lanjutan preeklamsia, yakni
gejala di atas ditambah tanda gangguan saraf pusat, yakni terjadinya kejang hingga
koma, nyeri frontal, gangguan penglihatan, mual hebat, nyeri epigastrium, dan
hiperrefleksia.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain karena
terjadi reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan.
Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang, reimplantasi
tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh darah
setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat jika
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya
ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan
15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini
dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Edema
ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga terjadi karena
proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3
g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+
atau 2+ atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan
dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6
jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan
berat badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
1. Tanda dan
Gejala:
a.
Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah.
b. 65 % dengan
nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah.
c.
31 % dengan sakit kepala.
2. Penanganan :
a.
Informed consent
b.
Mengobservasi TTV
c.
Persiapan rujukan
d.
Pemeriksaan darah rutin
e.
Tes fungsi hati.
f.
Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia).
g.
Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam konsentrasi 20%. Dosis ini diikuti dengan infus
2 g per jam.
h.
Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10%
i.v.
i.
Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di atas
160/110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis inisial 5mg)
setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target tercapai atau kombinasi nifedipin
dan MgSO4.
2.4 Penglihatan
Kabur
Perubahan
penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda preeklampsi. Masalah
visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan
visual mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat
bintik-bintik (spot) , berkunang-kunang.
Selain itu
adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menunjukkan
adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan
adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri
atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan
penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada
preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu
atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita
preeklamsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan
elektrolit menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke
ruang interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume
darah berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang,
dengan akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak
menunjukkan perubahan yang nyata pada preeklamsia. Konsentrasi kalium, natrium,
kalsium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah,
bikarbonat dan pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak
meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total,
perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada
preeklamsia. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata
dan kadar tersebut lebih meningkat lagi pada preeklamsia.
1.
Tanda dan Gejala :
a.
Peningkatan tekanan darah yang cepat
b.
Oliguria
c.
Peningkatan jumlah proteinuri
d.
Sakit kepala hebat dan persisten
e.
Rasa mengantuk
f.
Penglihatan kabur
g.
Mual muntah
h.
Nyeri epigastrium
i.
Hiperfleksi
2. Faktor
resiko:
a. Primigravida
b. Wanita gemuk
c.
Wanita dengan hipertensi esensial
d. Wanita
dengan kehamilan kembar
e. Wanita
dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
f. Wanita
dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
g. Riwayat
keluarga eklamsi
3.
Peran Bidan :
a.
Mendeteksi terjadinya eklamsi
b.
Mencegah terjadinya eklamsi
c.
Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
d.
Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
4. Penanganan :
a. Informed
consent
b. Segera rawat
c. Lakukan
penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang
dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
d. Persiapan
rujukan
e. Jika pasien
tidak bernafas :
· Bebaskan
jalan nafas
· Berikan
oksigen
· Intubasi
jika perlu
f.
Jika pasien tidak sadar atau koma :
· Bebaskan
jalan nafas
· Baringkan
pada satu sisi
· Ukur suhu
· Jika pasien
syok atasi dengan penanganan syok
· Jika ada
perdarahan atasi penanganan perdarahan
g. Jika kejang
:
· Baringkan
pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi secret, muntah/darah.
· Bebaskan
jalan nafas
· Pasang
spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
2.5 Pembengkakan
di Wajah atau Ekstrimitas
Pembengkakan
wajah dan ektremitas atau yang sering disebut dengan udem sering ditemukan pada
wanita hamil ataupun nifas. Baik karena perubahan fisiologis maupun perubahan
yang patologis. Udem adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan , akibat adanya
gannguan keseimbangan. Udem dapat terjadi oleh :
1.
Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler seperti
misalnya bila aliran darah vena tersumbat
2.
Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma, terutama albumin
sangat rendah
3.
Sumbatan pada aliran limfe
4.
Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes keluar dan masuk ke
dalam jaringan serta menimbulkan tekanan osmotik yang melawan tekanan osmotik
protein dalam aliran darah
Udem juga
terlihat pada adanya trombosis pada vena – vena betis yang terletak dalam,
biasanya merupakan komplikasi berbahaya akibat berbaring yang terlalu lama,
yang menyebabkan aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga membeku.
Trombosis seperti ini terjadi akibat infeksi. Keadaan pembengkakan wajah dan
ekstremitas, sering menyertai kelainan – kelainan pada masa nifas, sebagai
berikut
1.
Preeklampsi
2.
Syndrom Nefrotik
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Mendeteksi
dini komplikasi masa nifas yaitu :
a.
Perdarahan pervaginam
b.
Infeksi masa nifas
c.
Penglihatan kabur
d.
sakit kepala, nyeri epigastrik
e.
pembengkakan di wajah dan ektremitas
post partum atau PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih
dari traktus genetalia setelah melahirkan. Hemorargi post partum primer adalah
mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecahan ketuban atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau
lebih.
3.2
Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa
menambah pengetahuan kita mengenai deteksi dini komplikasi masa nifas. Makalah kami ini masih banyak kekurangan, diharapkan kritik dan saran agar
dipembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar