Senin, 09 Mei 2016

MAKALAH KONSEP PERAWATAN LUKA DEKUBITUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Assalamu’alaikum  Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga  kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami membahas  KONSEP PERAWATAN LUKA DEKUBITUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN”. Dalam menulis makalah  ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami  berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami  mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ibu Irdawati, S.Kep,Ns,M.Kes,Med.  sebagai dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II yang dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2.      Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah yang kami susun.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul ............................................................................................... 1
Kata Pengantar .............................................................................................. 2
Daftar Isi ....................................................................................................... 3
Pendahuluan ..................................................................................................            4
Pembahasan................................................................................................... 5
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................. 9
Penutup .........................................................................................................18
Daftar pustaka ...............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah memepertahankan integriras kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi penting untuk menjamin perawatan yang berkualitas tinggi (Hoff, 1989). Gangguan integritas kulit terjadi akibat tekanan yang lama, iritasi kulit atau imobilisasi, sehingga menyebabkan terjadi dekubitus. Oleh karena itu sebagai perawat kita harus mengenal tentang dekubitus sehingga dapat mencegah dan mengenal gejala awal dari dekubitus.
Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat program rehabilitasi bagi penderita (Potter, Perry, 1993). Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman, tergangu dan frustasi yang menghinggapi para pasien dan meningkatkan biaya dalam penaganan.
Dan angka kejadian Luka Dekubitus (ulkus) di Indonesia mencapai 33,3%.  Angka ini lebih tinggi dari Negara Asia lainnya. Langkah pertama dalam mencegah terjadinya luka adalah mengidentifikasi faktor resiko luka dekubitus. Usia juga dapat mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Usia lanjut atau lansia (>50th) mudah sekali untuk terjadi luka dekubitus. Hal ini karena pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit dimana adanya penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi darah pada dermis, Ketika pasien berbaring atau duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan tulang. Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit (Suriadi, 2004)
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari dekubitus?
2.      Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi luka dekubitus?
3.      Bagaimana cara mencegah terjadinya dekubitus?
4.      Bagaimana proses terjadinya dekubitus?
5.      Bagaimana cara melakukan perawatan luka dekubitus?
6.      Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawtan luka dekubitus?
7.      Bagaimana interverensi dan implementasi yang diberikan pada klien?
C.  Tujuan
1. Mengetahuidefinisidari dekubitus
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi lukadekubitus
3.  Mengetahui cara mencegah terjadinya dekubitus
4. Mengetahui proses terjadinya dekubitus
5.  Mengetahui cara melakukan perawatan luka dekubitus
6.  Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan luka dekubitus
7. Mengetahui intervensi dan implementasi yang di berikan pada klien
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.   PENGERTIAN DEKUBITUS
Dekubitus adalah suatu keadaan dimana timbul ulkus sebagai akibat penekanan yang lama yang mengenai suatu tempat pada permukaan tubuh penderita (Bouwhuizen, 1986). Hal ini dapat terjadi karena terjepitnya pembuluh darah antara tulang penderita dan papan tempat tidurnya. Akibat terjepitnya pembuluh darah tersebut, maka  jaringan yang terdapat  pada daerah itu tidak bisa memperoleh bahan makanan dan oksigen, akibatnya jaringan tersebut mengalami kematian.
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis 1995)
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).
Dekubitus adalah gangguan pada kemampuan untuk melakukan garakan, maka kemungkinan over-kompresi dengan akibat kerusakan jaringan akan terjadi (Nancyroper, 1986)
B.   FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA  DEKUBITUS
Berikut faktor dan penyebab terjadinya dekubitus meunurut(Bouwhuizen, 1986):
1. Faktor Dekubitus
a. Tekanan
b. Gesekan dan pergeseran
c. Kelembaban dan kebersihan tempat tidur
2. Penyebab tambahan yang dapat mengakibatkan timbulnya dekubitus adalah:
a.       Peredaran darah yang jelek
b.      Keadaan gizi penderita yang buruk
c.       Akibat pengaruh cairan, misalnya keringat, air kemih dan tinja pada kulit
d.      Kerusakan yang terjadi pada kulit akibat lipatan, benda-benda kecil atau karena kuku yang panjang.
Tempat-tempat yang sering terancam bahaya dekubitus adalah:
a.       Pada penderita yang berbaring terlentang, pada daerah belakang kepala, daerah tulang belikat, daerah bokong dan daerah tumit
b.      Pada penderita yang berbaring  miring, daerah pinggir kepala, (terutama daun telinga), bahu, siku, daerah pangkal paha, lutut, pergelangan kaki, dan bagian atas jari-jari kaki.
c.       Daerah-daerah yang mendapat tekanan sebagai akibat pemakaian alat-alat bantu, misalnya protesa, kantung air kemih, uritif dan sebagainya.
C.   CARA PENCEGAHAN TERJADINYA  DEKUBITUS
Beberapa petunjuk untuk mencegah  timbulnya dekubintus menurut (Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006)
Kita dapat ikut bekerjasama dalam usaha memperbaiki keadaan umum penderita dengan mengikuti segala nasihat yang diberikan oleh dokter yang merawat dan mengobati. Suatu susunan makanan yang baik, dimana terutama harus terdapat cukup banyak protein an penting mengusahakan pula agar pemasukan cairan mencukupi.
2.       Pemeliharaan dan perawatan kulit yang baik
3.      Kulit kita perlu dibasuh dan dibersihkan secara teratur. Disamping itu,kulit harus pula kita keringkan dengan baik. Kalau perlu lindungilah kulit kita dengan menggosoknya dengan krem cuci lanette atau suatu krem pelindung yang lain. Dengan pembasuhan danpengosokan, maka peredaran darah kulit merangsang pembuluh darh yang terdapat pada permukaaan tubuh kita.
4.      Papan/ alas tempat tidur yang baik
Papan/alas tempat tidur, penderita harus berbaring,hendaknya keadaanya rata, kering dan elastis
Elastisitas alas tempat tidur dapat kita perbaiki dengan:
a.       Cincin udara(terutama rumah perawatan keberatan mempergunakan alat tersebut)
b.      Lempeng karet busa atau busa plastik
c.       Kulit domba
d.      Tempat tidur udara atau air
e.       Kasur anti dekubitus
f.       Tempat tidur khusus
g.      Bantal gelatin
h.      Bye-bye/bantal udara
i.        Tumit dan siku penderita dapat kita bungkus dengan bahan yang dapat memegas dengan baik
5.      Pencegahan terjadi luka
Untuk mencegah terjadinya luka pada penderita,maka perawat yang bertugas mearawat penderita tidak diperkenankan antara lain memakai perhiasan dan memelihara kuku sampai panjang.
6.      Berbaring yang berubah-ubah
Dengan seelang waktu tertentu, misalnya setiap 2-3 jam sekali, secara bergantian penderita kita baringkan pada punggung, sisi kiri atau sisi kiri atau sisi kanan tubuh mereka. Dalam melakukan tindakan ini anda hendaknya selalu memperhatikan waktu berkunjung dan waktu makan. Pada keadaan-keadaan tertentu,dapat juga diterapkan kedudukan berbaring pada perut atau sikap tubu setengah miring,yang ditompang dengan sejumlah bantal atau kantung pasir.Sebelum kita menerapkan sikap tubuh lain pda penderita, mereka lebih dahulu kita gosok,setelah sebelumnya mereka kita basuh. Berbaring berubah ubah hanya mempunyai arti kalau dapat kita terapkan dengan baik. Oleh karena itu, kita perlu  membuat sebuah daftar yang berisi waktu pelaksanaan dan sikap tubuh yang harus diterapkan pada penderita pada masing masing waktu tersebut. Kita mutlak perlu melaksanakan jumlah dan sikap tubuh yang lelah ditetapkan setiap 24 jam .Pada pengobatan dan perawatan dekubitus, pertama tama haru kita terapkan apa yang telah diketengahkan pada waktu pembicaraan mengenai pencegahan terjadinya dekubintus. Kalau keadaan penderita mengizinkan, pengeterapan skema berbaring yang diubah ubah, yang dilaksanakan secara ketat, memang merupakan tuntutan yang pertama tama harus dikerjakan. Bergantung kepada penderita dan pandangan dan pendapat yang dianut di masing masing tempat perawatan tersebut, maka dipergunakan salep yang bekerjanya menyembuhkan, mendesinfektan, atau yang mempunyai daya kerja yang lain. Dengan permufakatan dan atas nasehat dokter yang merawat,maka kita berusaha memperbaiki keadaan umu dan peredaran darah penderita1n
D.   PROSES TERJADINYA  DEKUBITUS
Salah satu cara yang paling dini untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah dengan menggunakan system nilai atau tahapan menurut (Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006)
1.      Tahap I
Eritema tidak pucat pada kulit utuh,lesi ulkus kulit yang di perbesar.kulit tidak berwarna,hangat,atau keras juga dapat menjadi indikator.
2.      Tahap II
Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis atau dermis.ulkus superfisial dan secara klinis terlihat seperti abrasi,lecet,atau lobang yang dangkal.
3.      Tahap III
Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan yang rusak atau nekrotik yang mungkin akan melebar ke bawah,tapi tidak melampaui fascia yang berada di bawahnya.ulkus secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
4.      Tahap IV
Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destrubsi ekstensif;nekrosis jaringan;atau kerusakan otot,tulang,atau struktur penyangga(misal tendon,kapsul sendi).
E.   PENGOBATAN LUKA DEKUBITUS
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi lebih cepat. Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatkan antara lain sebagai berikut menurut (Patricia A.potter & Anne Griffin Perry,2006):
1.      Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
2.        Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
3.        Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat proses penyembuhan ulkus.
F.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis perawatan luka dekubitus (Doengoes,2000),
1.      Perawatan luka dekubitus.
2.      Terapi fisik dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang mati.
3.      Terapi obat:
a.       Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
b.      Antibiotic prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
4.  Terapi diet. Agar terjadi penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.
G.  PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien
i.  Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v.  Agama
vi. Status
b.      Riwayat keperawatan sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan, intensitas, lama nya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati( Carpenito , L.J , 1998)
c.       Riwayat Personal dan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh penyakit – penyakit yang diturunkan seperti : DM, alergi, Hipertensi ( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis, kanker, DM(Asmadi, 2008).
d.      Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu:  Kapan pengobatan dimulai, Dosis dan frekuensi,Waktu berakhirnya minum obat(Asmadi, 2008).
e.       Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan makanan yang dikonsumsi sehari- hari. Nutrisi yang kurang adekuat menyebabkan kulit mudah terkena lesi dan proses penyembuhan luka yang lama(Asmadi, 2008).
f.       Status Sosial Ekonomi
Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan dan tingkat perekonomian yang dapat mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini memungkinkan dapat menyebabkan penyakit kulit(Asmadi, 2008).
g.      Status nutrisi
Kondisi malnutrisi atau kakesia dan berat badan kurang dari 90 % berat badan ideal lebih eresiko terjadinya dekubitus(Asmadi, 2008).
h.      Aktivitas Sehari- Hari
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi ulkus pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada daerah kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan kerusakan kulit. Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang gerak dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka akan terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas bawah), penurunan peristaltik usus (terjadi konstipasi), nafsu makan menurun dan defisit sensori pada daerah yang paraplegi(Asmadi, 2008).
i.        Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien yaitu:  Perasaan depresi , Frustasi , Ansietas/kecemasan ,Keputusasaan (Asmadi, 2008)
H.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien menurut (NANDA, 2012-2014) sebagai berikut:
PROBLEM: KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
1.      Batasan karakteristik (Symtom)
a.       Kerusakan lapisan kulit
b.      Gangguan permukaan kulit
c.       Invasi struktur tubuh
2.      Factor yang berhubungan (Etiologi)
a.       Eksternal
i.         Zat kimia
ii.               Usia yang ekstrem
iii.             Kelembaban
iv.             Hipertermia
v.               Hipotermia
vi.             Faktor mekanik (mis., gaya gunting[shearing forces], tekanan,          pengekangan)
vii.           Medikasi
viii.         Lembap
ix.             Imobilisasi fisik
x.               Radiasi
b.      Internal                                    
i.                 Perubahan status cairan
ii.             Perubahan pigmentasi
iii.           Perubahan turgor
iv.           Factor perkembangan
v.             Kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis., obesitas, emasiasi)
vi.           Penurunan imunologis
vii.         Penurunan sirkulasi
viii.       Kondisi gangguan metabolic
ix.           Gangguan sensasi
x.             Tonjolan tulang
I.      INTERVERENSI KEPERAWATAN
Fokus interverensi keperawatan dan rasional merujuk pada (NIC,
Intervensi untuk diagnosis ini belum dikembangkan; akan tetapi, intervensi di bawah ini mungkin bermanfaat:
1.      Manajemen lingkungan: memanipulasi lingkungan di sekitar pasien untuk manfaat terapiutik, stimulasi sensorik, dan kesejahteraan psikologis
2.      Promosi latihan fisik: memfasilitasi aktivitas fisik rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kebugaran dan kesehatan
3.      Fasilitasi meditasi: memfasilitasi individu untuk mengubah tingkat kewaspadaannya dengan berfokus pada gambaran atau pemikiran secara spesifik
4.      Masase sederhana: menstimulasi kulit dan jaringan dibawahnya dengan berbagai derajat tekanan tangan untuk meredakan nyeri, prosedur relaksasi dan/atau memperbaiki sirkulasi
5.      Terapi relaksasi sederhana: menggunakan teknik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi dengan tujuan menurunkan tanda dan gejala yang tidak diharapkan, seperti nyeri, ketegangan otot, atau ansietas
6.      Sentuhan terapeutik: membiasakan diri dengan bidang penyembuhan yang universal, keinginan untuk bertindak sebagai instrument bagi pengaruh penyembuhan, dan menggunakan sensitivitas alamiah tangan untuk secara lembut berfokus dan mengarah pada proses intervensi
J.     TUJUAN/KRITERIA HASIL PERAWATAN LUKA DEKUBITUS
            Tujuan / criteria hasil(Menurut NOC,
Memperlihatkan tingkat kenyamanan, yamg dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak memuaskan, kurang memuaskan, cukup memuaskan, memuaskan, atau sangat memuaskan):
1.      Kesejahteraan fisik
2.      Pengendalian gejala
3.      Hubungan sosial
4.      Tingkat kemandirian
5.      Pengendalian nyeri
6.      Melaporkan perbaikan kenyamanan fisik dan/atau psikososial-emosional
7.      Melaporkan peningkatan kemampuan untuk relaks
8.      Melaporkan atau memperlihatkan perbaikan kemampuan kopingMelaporkan perasaan lebih puas dan bahagia
K.  EVALUASI
Berikut evaluasi menurut (Anthony, 1985)
1.      Mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
2.      Mengembalikan kondisi kulit klien secara anatomis
3.      Mencegah terjadi kembali dekubitus
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran(Margolis 1995)
Jadi dapat disimpulkan bahwa dekubitus adalah luka yang terjadi karena adanya tekanan eksternal pada penonjolan tulang.
DAFTAR PUSTAKA
Bouwhuizen, M. 1986. Ilmu Keperawatan (verpleegkunde zv). EGC: Jakarta.
Dongeos, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Herdman, Heather. 2012-2014.Nanda International Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Judith M.Wilkinson & Nancy R.Ahern.2012 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC: Jakarta.
Patricia A.potter & Anne Griffin Perry.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. EGC: Jakarta.
Rooper, Nancy. 1986. Prinsip-Prinsip Keperawatan Edisi 1. Asan Essentia Medica dan Penerbit Andi: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar