Senin, 13 Juni 2016

ANESTESI EPIDURAL



       Anestesi epidural adalah anestesi lokal yang diberikan melalui bolus dan kemudian secara kontinu disuntikkan ke dalam ruang epidural tulang belakang dengan kateter menetap. Anestesi epidural dapat digunakan untuk analgesi abdomen dan vagina atau digunakan pada anestesi komplet.
       Anestesia epidural dihasilkan dengan  menyuntikkan obat anestesi local kedalam ruang epidural. Blok saraf terjadi pada akar nervus spinalis  yang  berasal dari medula spinalis  dan melintasi ruang epidural. Anestetik local melewati duramater memasuki cairan cerebro spinal sehingga menimbulkan efek anestesinya.  Efek anesthesia yang dihasilkan lebih lambat dari anesthesia spinal dan terbentuk secara segmental.
       Anesthesia epidural dapat digunakan mulai dari analgesia dengan  blok motorik minimal sampai  anesthesia dengan blok motorik penuh. Variasi ini dapat dikontrol dengan  pemilihan obat, konsentrasi dan dosis. Penggunaan analgesia post operasi secara kontinu dengan narkotik  atau local  anestesi melalui kateter epidural  semakin popular saat ini.
      Daerah epidural tersusun atas bagian dasar oleh membran sacrococcygeal, bagian posterior dibatasi oleh ligamentum flavum dan daerah anterior dari lamina dan  processus articularis, bagian anterior dibatasi oleh ligamentum longitudinal posterior yang membungkus tulang vertebra dan discus intervertebralis. Bagian lateral dibatasi oleh foramen intervertebralis dan pedikel. Ruang epidural berisi lemak dan jaringan limphatik maupun vena epidural. Vena tidak memiliki katub dan berhubungan langsung dengan vena intracranial. Vena juga berhubungan dengan vena thorasik dan vena abdominal. Vena pada foramen intervertebralis, berlanjut pada pelvis yaitu pada pleksus vena sacralis. Daerah paling luas didaerah tengah dan runcing pada bagian lateralnya. Pada daerah lumbal luasnya  5-6 mm dan pada daerah thoraks  luasnya 3-5 mm.
      Pada umumnya indikasi epidural anestesi sama dengan spinal anestesi. Sebagai keuntungan epidural anestesi adalah anestesi dapat diberikan secara kontinu setelah penempatan kateter epidural, oleh karena  itu tehnik ini cocok untuk  pembedahan yang lama dan  analgesia  setelah pembedahan.
A.    Pembedahan sendi panggul dan lutut.
Dibandingkan dengan anestesi umum, anestesi epidural untuk pembedahan panggul dan lutut dapat mengurangi insidens trombosis vena. Penyebab kematian  pasien yang menjalani pembedahan sendi yang total adalah  emboli paru. Lagi  pula  kehilangan darah selama pembedahan sendi panggul  lebih kecil pada   pemakaian  tehnik  anestesi  epidural.
B.   Revaskularisasi ektremitas bawah
Penelitian menunjukkan bahwa anestesia  epidural pada pasien dengan penyakit pembuluh darah periper, aliran darah kedistal  selama rekonstruksi pembuluh darah  anggota  gerak bagian  bawah adalah baik dan  penyumbatan  cangkokan  pembuluh darah  setelah operasi adalah kecil dibandingkan dengan anestesi umum.
C.    Persalinan.
Pasien-pasien obsteric yang takut nyeri melahirkan dapat ditangani dengan epidural anestesi  dan memperoleh bayi dengan riwayat biokemia yang baik dari pada bayi dilahirkan  pada ibu yang diberikan opioid atau anetestetik lainnya secara intravena.
D.    Penanganan nyeri post operasi.
Anestesi local konsentrasi rendah dan opoid atau kombinasi obat ini dengan analgesik lain adalah manjur pada kontrol nyeri post operasi. Analgesia  post operasi ini memudahkan ambulatory dini dan kerja sama yang baik dengan phisio terapi.
           
        Pada saat persalinan, anestesi ini memungkinkan ibu sama sekali bebas dari rasa nyeri atau merasakan nyeri dengan tingkat minimal tanpa perubahan status mental dan neonatusnya tidak mengalami depresi. Jika dibutuhkan seksio sesaria, dosis anetesi dengan mudah diberikan dan penggunaan anestesi umum dapat dihindari. Depresi pada janin yang terjadi akibat penggunaan narkotik parenteral juga dapat dihindari.                                                         
DAFTAR PUSTAKA
Buku saku kebidanan/Constance Sinclair; alih bahasa, Renata Komalasari; editor edisi bahasa Indonesia, Eny Meiliya, Ezty Wahyuningsih. Jakarta: EGC. 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar