BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Luka merupakan suatu keadaan
terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh,
sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan
membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Konsep Dasar
Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah rusaknya struktur dan fungsi
anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun
eksternal dan mengenai organ tertentu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa konsep
dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan?
2. Apa saja
jenis persiapan dan perawatannya?
3. Bagaimana
perawatan luka operasi?
4. Bagaimana
cara ganti balutan?
5. Bagaimana
cara angkat jahitan?
C.
Tujuan &
Manfaat
1.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan
b. Untuk
mengetahui persiapan dan perawatannya
c.
Untuk
mengetahui perawatan luka operasi
d. Untuk
mengetahui cara ganti balutan
e.
Untuk
mengetahui cara angkat jahitan
2.
Manfaat
a.
Untuk
menambah referensi di perguruan tinggi
b. Untuk
menambah wawasan bagi pembaca
c.
Untuk
menambah pengetahuan bagi penulis
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar
Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan
1. Pengertian
Perawatan Luka
Luka merupakan suatu keadaan
terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh,
sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan
membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Konsep Dasar
Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah rusaknya struktur dan fungsi
anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun
eksternal dan mengenai organ tertentu.
2. Jenis-jenis luka
a. Berdasarkan sifat kejadian
1) Luka di sengaja : luka
radiasi, luka bedah.
2) Luka tidak di sengaja :
a) Luka terbuka : lukanya kelihatan
b) Luka tertutup : di dalam tubuh
b. Berdasarkan penyebab
1) Luka mekanik :
a) Vulnus scissum (luka
sayat)
b) Vulnus contusum (luka
memar)
c) Vulnus laceratum (luka
robek)
d) Vulnus puncture (luka tusuk)
e) Vulnus sclopetorum (luka
tembak)
f) Vulnus morsum (luka
gigitan)
g) Vulnus abrasio (luka
terkikis)
2) Luka non mekanik :
sengatan listrik, obat
3. Tujuan
perawatan luka
a. Melindungi
luka dari trauma mekanik
b. Mengimobilisasi
luka
c. Mengabsorbsi
drainase
d. Mencegah
kontaminasi dari kotoran-kotoran tubuh (feses, urine).
e. Membantu
hemostasis
f. Menghambat
atau membunuh mikroorganisme
g. Memberikan
lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
h. Mencegah
perdarahan
i. Meningkatkan
kenyamanan fisik dan psikologis
B.
Jenis
Persiapan dan Perawatan
1. Pre Operasi
(Sebelum Operasi)
Pre operasi
merupakan
tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Fase awalan yang menjadi landasan
untuk keberhasilan tahap selanjutnya. Persiapan pasien atau kilen di ruang unit
perawatan meliputi :
a.
Konsultasi
dengan tim bedah dan tim anestesi
Semua ibu yang akan dioperasi harus
melalui pemeriksaan dokter bedah dan dokter anestesi maupun anggota tim lain
yang terlibat seperti fisioterapis. Hal ini dikarenakan klien harus mengetahui
bagaimana operasi akan dilakukan, bagaimana pembiusan akan diberikan serta hal-hal lain
yang menyangkut dengan tindakan operasi.
b. Pra medikasi
Adalah obat yang diberikan sebelum
operasi dilakukan sebagai persiapan atau bagian dari anestesi. Pra medikasi
dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan, misalnya
relaksan, antiemetic, analgesic dan lain sebagainya.
c.
Perawatan
kandung kemih
Pemasangan kateter residu dipasang
untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi
serta untuk memudahkan pengontrolan keseimbangan intake dan output.
d.
Stoking kompresi
Diberikan pada pasien yang mempunyai
resiko tinggi seperti pada ibu yang obesitas atau yang memiliki varises untuk
mencegah kematian akibat emboli pulmoner (pembuluh darah buntu).
e.
Mengidentifikasi
protesis
Semua protesis seperti lensa kontak,
gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dan lainnya harus dilepas sebelum pembedahan.
Pada gigi hal ini untuk mencegah terlepas
dan tertelan saat operasi dimana pasien dalam kondisi tidak sadar.
Sedangkan untuk perhiasan, selain dikhawatirkan akan menjadi sarang kuman juga
mencegah terjadinya reaksi perhiasan dengan alat atau medan listrik dan magnet
yang ada di ruang operasi.
f.
Inform
consent
Hal ini sangat
penting terkait dengan aspek hukum, tanggung jawab dan tanggung gugat. Pasien dan
keluarga harus mengetahui dan memahami bahwa setiap tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap tindakan medis wajib
memberikan pernyataan persetujuan tindakan medis. Setelah sebelumnya sudah
mendapat informasi detail terkait segala macam prosedur tindakan yang akan
dilakukan
g.
Persiapan
fisik:
Berbagai persiapan fisik harus dilakukan sebelum pasien operasi antara
lain :
1)
Status
kesehatan fisik secara umum
Meliputi identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisik lengkap mulai organ dalam dan luar tubuh. Selain itu pasien juga harus
cukup istirahat sehingga pasien tidak akan mengalami stress fisik dan tubuh
lebih rileks.
2)
Status
nutrisi
Segala macam defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan agar tubuh mempunyai protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi yang buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit. Yang paling sering terjadi adalah infeksi post operasi, demam,
penyembuhan luka yang lama serta dehisensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu).
3)
Keseimbangan
cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang yang normal, yang biasa diperiksa adalah kadar natrium
serum (N: 135-145 mmol), kalium serum (N: 3,5-5 mmol) dan kadar kreatinin serum
(N: 0,70-1,50). Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan erat dengan
fungsi ginjal.
4)
Kebersihan
lambung dan kolon\
Sebelum operasi pasien dipuasakan dalam waktu 6-8 jam
dan dilakukan pengosongan kolon dengan tindakan lavement (huknah) yang
bertujuan untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru) dan
menghindari kontaminasi faeces di area pembedahan. Perkecualian pada kasus
pasien yang membutuhkan tindakan segera, seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan
memasang NGT.
5)
Pencukuran
daerah operasi
Ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang akan dilakukan tindakan pembedahan karena rambut dapat menjadi tempat kuman bersembunyi serta
menghambat proses penyembuhan luka dan menyulitkan saat dilakukan perawatan
luka.
6)
Personal
hygiene
Kebersihan tubuh sangat penting karena jika tubuh
dalam keadaan kotor akan menjadi sarang kuman dan meningkatkan resiko infeksi
pada daerah yang dilakukan tindakan operasi.
2. Intra dan
post
Aktivitas yang dilakukan pada tahap
ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh petugas medis di ruang
operasi. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan dibagi menjadi tiga
kelompok besar. Meliputi ahli anestesi dan perawat anestesi yang bertugas
memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien pada posisi yang tepat di
meja operasi, berikutnya ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub (membersihkan
anggota badan yang akan dilakukan tindakan operasi), serta yang terakhir adalah
perawat intra operatif yang bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
kesejahteraan pasien.
a.
Prinsip umum
adalah:
1) Prinsip
asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis merupakan suatu usaha untuk
mencapai keadaan yang memungkinkan tidak adanya kuman pathogen baik secara
kimiawi, mekanis maupun fisik. Untuk seluruh sarana dan prasarana yang ada di
ruang operasi.
2) Prinsip
asepsis personel
Meliputi 3 tahap yaitu scrubbing (cuci tangan steril),
gowning ( teknik penggunaan gaun operasi) dan gloving (teknik pemakaian sarung
tangan steril). Seluruh anggota personal tim harus memahami konsep ini untuk
dapat melaksanakan operasi secara asepsis dan antiseptic sehingga menghilangkan
atau meminimalkan jumlah kuman. Serta menghindarkan bahaya anggota tim dari penularan
penyakit seperti hepatitis dan HIV /AIDS.
3) Prinsip
asepsis pasien
Dengan melakukan berbagai prosedur yang digunakan
untuk membuat medan operasi menjadi steril, seperti kebersihan pasien,
desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping (menutupi anggota badan
dengan kain steril).
4) Prinsip
asepsis instrument
Instrument bedah yang digunakan harus benar benar
dalam kondisi steril dengan perawatan alat dan teknik sterilisasi yang benar
dan mempetahankan kesterilan alat pada saat pembedahan.
b. Hal hal yang
dilakukan oleh petugas medis terkait dengan pengaturan posisi pasien di ruang
operasi meliputi :
1) Kesejajaran
fungsional
Adalah memeberikan posisi yang tepat selama dilakukan
tindakan operasi, karena setiap tindakan operasi membutuhkan posisi yang
berbeda beda, seperti :
a) Supine ,
untuk operasi hernia, laparotomy, appendectomy, mastectomy dll.
b) Pronasi, untuk operasi pada daerah punggung
dan spinal seperti laminectomy.
c) Trendelenburg,
untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis (panggul).
d) Lithotomy,
mengekspose daerah perineal dan rectal biasa digunakan untuk operasi vagina,
dilatasi dan kuretase serta pembedahan rectal seperti haemoroidectomy.
e) Lateral,
digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul
2) Pemajanan
area pembedahan
Maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan
tindakan pembedahan, sehingga petugas dapat mempersiapkan daerah operasi dengan
teknik drapping (menutup dengan kain lokasi operasi).
3) Mempertahankan
posisi sepanjang prosedur operasi
a) Posisi
pasien selama di meja operasi harus dipertahankan untuk mempermudah proses
pembedahan dan untuk menjaga keselamatan pasien serta mencegah terjadinya
injury
b) Memasang
alat grounding (menetralkan medan listrik ke badan pasien)
c) Memberikan
dukungan fisik dan psikologis pada klien
d) Memastikan
semua peralatan telah siap
4) Monitoring
fisiologis
a) Melakukan
balance cairan
Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien dan mengkoreksi
jika ada ketidakseimbangan pada balance cairan
b) Memantau
kondisi cardiopulmonal (jantung dan paru)
Dilakukan secara terus menerus meliputi tanda tanda
vital
5) Monitoring
psikologis
Bisa diberikan dengan memberikan dukungan emosional
dengan berdiri dan memberikan sentuhan selama tindakan. Kemudian kondisi
emosional juga perlu dikaji dan menginformasikan kondisi emosional tersebut
pada tim bedah.
6) Tim operasi
Terbagi menjadi dua kelompok besar :
a)
Steril
terdiri dari ahli bedah, asisten bedah, perawat intrumentator (scrub nurse).
b)
Non steril
terdiri dari ahli anestesi, perawat anestesi, circulating nurse, teknisi
(operator alat, laboratorium dll).
c.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering muncul adalah :
1)
Hipotensi
Hipotensi pada tindakan operasi memang diinginkan dan
dibuat dengan pemberian obat obatan tertentu untuk menurunkan jumlah perdarahan
pada lokasi operasi. Petugas harus waspada agar tidak terjadi malhipotensi dan
segera dapat memberikan penanganan yang tepat.
2)
Hipotermi
Merupakan keadaan suhu dibawah 36,5 derajat celcius.
Bisa dialami oleh pasien karena suhu rendah yang ada di ruang operasi (25-26,6
derajat celcius), infuse dengan cairan yang dingin, obat obatan dll. Pencegahan
dapat dilakukan dengan mengatur suhu kamar operasi pada suhu ideal, cairan
infuse dibuat pada suhu 37 derajat celcius, baju dan selimut operasi yang basah
segera diganti. Hal ini dilakukan mulai pre operatif hingga pasca operatif.
3)
Hipertemi
malignant
Angka kematian lebih dari 50%. Perlu penatalaksanaan
yang tepat. Terjadi akibat gangguan pada otot yang disebabkan oleh obat obatan
anestesi. Ketika obat anestesi dimasukkan dalam tubuh, kalsium dalam plasma
akan dilepas ke membrane luar sehingga otot berkontraksi. Dalam kondisi normal,
tubuh akan memompa kembali kalsium ke dalam plasma, sehingga otot kembali
relaksasi. Jika tidak, pasien akan mengalami hipertemi malignant dan mengalami
kerusakan pada system syaraf pusat. Untuk menghindari bisa dengan pemberian
obat obatan serta monitoring ketat terhadap tanda tanda vital.
3. Operasi
Merupakan masa setelah dilaksanakan
operasi, dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan sampai evaluasi
selanjutnya.
a. Meningkatan proses
penyembuhan luka
b. Mempertahankan respirasi
c. Mempertahankan sirkulasi
udara
d. Mempertahankan
keseimbangan cairan
e. Mempertahankan eliminasi
f. Melaksanakan latihan
mobilitas/ gerakan
g. Mengurangi kecemasan
4. Luka
Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan
kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus
pada ibu dalam masa kelahiran plasenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut
Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan.
C.
Perawatan
Luka Operasi
Luka adalah
gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier,
1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stress simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan meningkatkan
proses penyembuhan jaringan dan mencegah
infeksi. Perawatan luka operasi adalah Perawatan luka yang dilakukan pada
pasien operasi dengan tujuan mencegah
infeksi dan merasa aman.
1. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
a.
Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan
fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena antikseptik ini tidak ada reaksi
hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan muntuk kondisi
apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida
mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi
sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa
konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah
konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk antiseptik ini sodium klorida
disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan
isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari
kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani
proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih murah
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non
metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain, walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau
metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat
larut secara keseluruhan dalam antiseptik dan larutan sodium iodide encer.
Iodide antiseptik dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung
konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
c.
Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik
bila kontak dengan kulit atau selaput antiseptik, sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri. Bahan ini agak
iritan dan antiseptik serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi
menunjukan bahwa antiseptic seperti povodine iodine toxic terhadap sel
(Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa
panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang
dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan
iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
d. Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama (larutan
betadine dan sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik
pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Dibuat pula catatan kapan benang /
orave kapan dicabut atau dilonggarkan. Diperhatikan pula apakah luka sembuh
perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.
2. Alat dan bahan
a.
Pinset anatomi
b.
Pinset cirurghi
c.
Gunting steril
d.
Kapas
sublimat / savlon dalam tempatnya
e.
Larutan H2O2
f.
Larutan boorwater
g.
NaCl 0,9%
h.
Gunting perban (gunting tidak steril)
i.
Plester / pembalut
j.
Bengkok
k.
Kasa steril
l.
Mangkok kecil
m. Handskon steril
2.
Prosedur kerja
a.
Cuci tangan
b.
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
c.
Gunakan sarung tangan steril
d.
Buka plester dan balutan dengan menggunakan
pinset
e.
Bersihkan luka dngan menggunakan savlon /
sublimat, H2O2, boorwater atau NaCl 0,9% sesuai dengan keadaan luka. Lakukan
hingga bersih
f.
Berikan obat luka
g.
Tutup luka dengan menggunakan kasa steril
h.
Balut luka
i.
Catat perubahan keadaan luka
j.
Cuci tangan
D. Ganti
Balutan
1. Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan
penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan
cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
2. Tujuan
a.
Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi
cairan dan dapat menjaga kebersiha luka
b. Melindungi luka dari kontaminasi
c.
Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan
elastis verband )
d. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e.
Menurunkan pergerakan dan trauma
f.
Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
3.
Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor
4.
Kontra Indikasi
a.
Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat
dan lembab sehingga mikroorganisme dapat hidup
b.
Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka
melalui gesekan – gesekan pembalut.
E.
Angkat
jahitan
1.
Pengertian
Suatu tindakan melepaskan jahitan
yang biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai
dengan penyembuhan luka yang terjadi).
2.
Tujuan :
a.
Mempercepat
proses penyembuhan luka
b.
Mencegah
terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
3.
Persiapan
alat :
a.
Set angkat
jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi
waten, kasa dalam bak instrumen steril
b.
Bengkok
berisi lisol 2-3 %
c.
Kapas balut
d.
Korentang
e.
Gunting
plester
f.
Plester
g.
Bensin
h.
Alcohol 70 %
i.
Bethadin 10
%
j.
Kantung
balutan kotor/bengkok kosong
4.
Prosedur
pelaksanaan
a.
Memberi tahu
dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b.
Mendekatkan
alat ke dekat pasien
c.
Membantu
pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d.
Mencuci
tangan
e.
Meletakkan
set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f.
Membuka set
angkat jahitan secara steril
g.
Membuka
balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor
h.
Bekas-bekas plester
dibersihkan dengan kapas bensin
i.
Mendesinfeksi
sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan
betadhin solution 10%.
j.
Melepaskan
jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan
pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat
dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada
simpul.
k.
Mengolesi
luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l.
Menutup luka
dengan kasa steril kering dan di plester
m. Merapikan
pasien
n.
Membersihkan
alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o.
Mencuci
tangan
p.
Mencatat
pada catatan perawatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Luka merupakan suatu keadaan
terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh,
sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Jenis Persiapan dan Perawatan
adalah Pre Operasi (Sebelum Operasi), Intra dan post, Operasi dan Luka Perineum.
Luka adalah
gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier,
1995).
B.
Saran
Disaranan bagi petugas kesehatan dan
pasien untuk lebih menjaga kesehatan dan juga jika terjadi luka pada kulit
untuk dijaga kebersihannya agar tidak terjadi iritasi
Daftar Pustaka
file:/// Kebidanan/KDK/fase-preintrapost-operasi.html
Kusmiyati yuni.2008.Keterampilan
Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya
Uliyah
Musrifatul,dkk.2008.Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta:Salemba
Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar