Jumat, 01 April 2016

perawatan luka bedah praktik kebidanan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Konsep Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan?
2.      Apa saja jenis persiapan dan perawatannya?
3.      Bagaimana perawatan luka operasi?
4.      Bagaimana cara ganti balutan?
5.      Bagaimana cara angkat jahitan?

C.    Tujuan & Manfaat
1.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan
b.      Untuk mengetahui persiapan dan perawatannya
c.       Untuk mengetahui perawatan luka operasi
d.      Untuk mengetahui cara ganti balutan
e.       Untuk mengetahui cara angkat jahitan
2.      Manfaat
a.       Untuk menambah referensi di perguruan tinggi
b.      Untuk menambah wawasan bagi pembaca
c.       Untuk menambah pengetahuan bagi penulis

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Konsep Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan
1.      Pengertian Perawatan Luka
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Konsep Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.
2.      Jenis-jenis luka
a.    Berdasarkan sifat kejadian
1)      Luka di sengaja : luka radiasi, luka bedah.
2)      Luka tidak di sengaja :
a)   Luka terbuka : lukanya kelihatan
b)   Luka tertutup : di dalam tubuh
b.    Berdasarkan penyebab
1)      Luka mekanik :
a)      Vulnus scissum (luka sayat)
b)      Vulnus contusum (luka memar)
c)      Vulnus laceratum (luka robek)
d)     Vulnus puncture (luka tusuk)
e)      Vulnus sclopetorum (luka tembak)
f)       Vulnus morsum (luka gigitan)
g)      Vulnus abrasio (luka terkikis)
2)      Luka non mekanik : sengatan listrik, obat
3.      Tujuan perawatan luka
a.    Melindungi luka dari trauma mekanik
b.    Mengimobilisasi luka
c.    Mengabsorbsi drainase
d.   Mencegah kontaminasi dari kotoran-kotoran tubuh (feses, urine).
e.    Membantu hemostasis
f.     Menghambat atau membunuh mikroorganisme
g.    Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
h.    Mencegah perdarahan
i.      Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis

B.       Jenis Persiapan dan Perawatan
1.      Pre Operasi (Sebelum Operasi)
Pre operasi merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Fase awalan yang menjadi landasan untuk keberhasilan tahap selanjutnya. Persiapan pasien atau kilen di ruang unit perawatan meliputi :
a.       Konsultasi dengan tim bedah dan tim anestesi
Semua ibu yang akan dioperasi harus melalui pemeriksaan dokter bedah dan dokter anestesi maupun anggota tim lain yang terlibat seperti fisioterapis. Hal ini dikarenakan klien harus mengetahui bagaimana operasi akan dilakukan, bagaimana pembiusan akan diberikan serta hal-hal lain yang menyangkut dengan  tindakan operasi.
b.      Pra medikasi
Adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan sebagai persiapan atau bagian dari anestesi. Pra medikasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetic, analgesic dan lain sebagainya.
c.       Perawatan kandung kemih
Pemasangan kateter residu dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi serta untuk memudahkan pengontrolan keseimbangan intake dan output.
d.        Stoking kompresi
Diberikan pada pasien yang mempunyai resiko tinggi seperti pada ibu yang obesitas atau yang memiliki varises untuk mencegah kematian akibat emboli pulmoner (pembuluh darah buntu).
e.         Mengidentifikasi protesis
Semua protesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dan lainnya harus dilepas sebelum pembedahan. Pada gigi hal ini untuk mencegah terlepas  dan tertelan saat operasi dimana pasien dalam kondisi tidak sadar. Sedangkan untuk perhiasan, selain dikhawatirkan akan menjadi sarang kuman juga mencegah terjadinya reaksi perhiasan dengan alat atau medan listrik dan magnet yang ada di ruang operasi.
f.         Inform consent
Hal ini sangat penting terkait dengan aspek hukum, tanggung jawab dan tanggung gugat. Pasien dan keluarga harus mengetahui dan memahami bahwa setiap tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap tindakan medis wajib memberikan pernyataan persetujuan tindakan medis. Setelah sebelumnya sudah mendapat informasi detail terkait segala macam prosedur tindakan yang akan dilakukan
g.        Persiapan fisik:
Berbagai persiapan fisik  harus dilakukan sebelum pasien operasi antara lain :
1)      Status kesehatan fisik secara umum
Meliputi identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik lengkap mulai organ dalam dan luar tubuh. Selain itu pasien juga harus cukup istirahat sehingga pasien tidak akan mengalami stress fisik dan tubuh lebih rileks.
2)      Status nutrisi
Segala macam defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan agar tubuh mempunyai protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi yang buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Yang paling sering terjadi adalah infeksi post operasi, demam, penyembuhan luka yang lama serta dehisensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu).
3)      Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang yang normal, yang biasa diperiksa adalah kadar natrium serum (N: 135-145 mmol), kalium serum (N: 3,5-5 mmol) dan kadar kreatinin serum (N: 0,70-1,50). Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan erat dengan fungsi ginjal.
4)      Kebersihan lambung dan kolon\
Sebelum operasi pasien dipuasakan dalam waktu 6-8 jam dan dilakukan pengosongan kolon dengan tindakan lavement (huknah) yang bertujuan untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru) dan menghindari kontaminasi faeces di area pembedahan. Perkecualian pada kasus pasien yang membutuhkan tindakan segera, seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan memasang NGT.
5)      Pencukuran daerah operasi
Ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang akan dilakukan tindakan pembedahan karena rambut  dapat menjadi tempat kuman bersembunyi serta menghambat proses penyembuhan luka dan menyulitkan saat dilakukan perawatan luka.
6)      Personal hygiene
Kebersihan tubuh sangat penting karena jika tubuh dalam keadaan kotor akan menjadi sarang kuman dan meningkatkan resiko infeksi pada daerah yang dilakukan tindakan operasi.


2.      Intra dan post
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh petugas medis di ruang operasi. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan dibagi menjadi tiga kelompok besar. Meliputi ahli anestesi dan perawat anestesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien pada posisi yang tepat di meja operasi, berikutnya ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub (membersihkan anggota badan yang akan dilakukan tindakan operasi), serta yang terakhir adalah perawat intra operatif yang bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan pasien.
a.       Prinsip umum adalah:
1)      Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis merupakan suatu usaha untuk mencapai keadaan yang memungkinkan tidak adanya kuman pathogen baik secara kimiawi, mekanis maupun fisik. Untuk seluruh sarana dan prasarana yang ada di ruang operasi.
2)      Prinsip asepsis personel
Meliputi 3 tahap yaitu scrubbing (cuci tangan steril), gowning ( teknik penggunaan gaun operasi) dan gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Seluruh anggota personal tim harus memahami konsep ini untuk dapat melaksanakan operasi secara asepsis dan antiseptic sehingga menghilangkan atau meminimalkan jumlah kuman. Serta menghindarkan bahaya anggota tim dari penularan penyakit seperti hepatitis dan HIV /AIDS.
3)      Prinsip asepsis pasien
Dengan melakukan berbagai prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi menjadi steril, seperti kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping (menutupi anggota badan dengan kain steril).
4)      Prinsip asepsis instrument
Instrument bedah yang digunakan harus benar benar dalam kondisi steril dengan perawatan alat dan teknik sterilisasi yang benar dan mempetahankan kesterilan alat pada saat pembedahan.
b.      Hal hal yang dilakukan oleh petugas medis terkait dengan pengaturan posisi pasien di ruang operasi meliputi :
1)      Kesejajaran fungsional
Adalah memeberikan posisi yang tepat selama dilakukan tindakan operasi, karena setiap tindakan operasi membutuhkan posisi yang berbeda beda, seperti :
a)      Supine , untuk operasi hernia, laparotomy, appendectomy, mastectomy dll.
b)       Pronasi, untuk operasi pada daerah punggung dan spinal seperti laminectomy.
c)      Trendelenburg, untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis (panggul).
d)     Lithotomy, mengekspose daerah perineal dan rectal biasa digunakan untuk operasi vagina, dilatasi dan kuretase serta pembedahan rectal seperti haemoroidectomy.
e)      Lateral, digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul
2)      Pemajanan area pembedahan
Maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan, sehingga petugas dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drapping (menutup dengan kain lokasi operasi).
3)      Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
a)      Posisi pasien selama di meja operasi harus dipertahankan untuk mempermudah proses pembedahan dan untuk menjaga keselamatan pasien serta mencegah terjadinya injury
b)      Memasang alat grounding (menetralkan medan listrik ke badan pasien)
c)      Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien
d)     Memastikan semua peralatan telah siap
4)      Monitoring fisiologis
a)      Melakukan balance cairan
Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien dan mengkoreksi jika ada ketidakseimbangan pada balance cairan
b)      Memantau kondisi cardiopulmonal (jantung dan paru)
Dilakukan secara terus menerus meliputi tanda tanda vital
5)      Monitoring psikologis
Bisa diberikan dengan memberikan dukungan emosional dengan berdiri dan memberikan sentuhan selama tindakan. Kemudian kondisi emosional juga perlu dikaji dan menginformasikan kondisi emosional tersebut pada tim bedah.
6)      Tim operasi
Terbagi menjadi dua kelompok besar :
a)        Steril terdiri dari ahli bedah, asisten bedah, perawat intrumentator (scrub nurse).
b)        Non steril terdiri dari ahli anestesi, perawat anestesi, circulating nurse, teknisi (operator alat, laboratorium dll).
c.       Komplikasi
Komplikasi yang paling sering muncul adalah :
1)      Hipotensi
Hipotensi pada tindakan operasi memang diinginkan dan dibuat dengan pemberian obat obatan tertentu untuk menurunkan jumlah perdarahan pada lokasi operasi. Petugas harus waspada agar tidak terjadi malhipotensi dan segera dapat memberikan penanganan yang tepat.
2)      Hipotermi
Merupakan keadaan suhu dibawah 36,5 derajat celcius. Bisa dialami oleh pasien karena suhu rendah yang ada di ruang operasi (25-26,6 derajat celcius), infuse dengan cairan yang dingin, obat obatan dll. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur suhu kamar operasi pada suhu ideal, cairan infuse dibuat pada suhu 37 derajat celcius, baju dan selimut operasi yang basah segera diganti. Hal ini dilakukan mulai pre operatif hingga pasca operatif.
3)      Hipertemi malignant
Angka kematian lebih dari 50%. Perlu penatalaksanaan yang tepat. Terjadi akibat gangguan pada otot yang disebabkan oleh obat obatan anestesi. Ketika obat anestesi dimasukkan dalam tubuh, kalsium dalam plasma akan dilepas ke membrane luar sehingga otot berkontraksi. Dalam kondisi normal, tubuh akan memompa kembali kalsium ke dalam plasma, sehingga otot kembali relaksasi. Jika tidak, pasien akan mengalami hipertemi malignant dan mengalami kerusakan pada system syaraf pusat. Untuk menghindari bisa dengan pemberian obat obatan serta monitoring ketat terhadap tanda tanda vital.
3.      Operasi
Merupakan masa setelah dilaksanakan operasi, dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan sampai evaluasi selanjutnya.
a.       Meningkatan proses penyembuhan luka
b.      Mempertahankan respirasi
c.       Mempertahankan sirkulasi udara
d.      Mempertahankan keseimbangan cairan
e.       Mempertahankan eliminasi
f.       Melaksanakan latihan mobilitas/ gerakan
g.      Mengurangi kecemasan
4.      Luka Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu dalam masa kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.


C.    Perawatan Luka Operasi
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1.    Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2.    Respon stress simpatis
3.    Perdarahan dan pembekuan darah
4.    Kontaminasi bakteri
5.    Kematian sel
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi. Perawatan luka operasi adalah Perawatan luka yang dilakukan pada pasien operasi dengan tujuan mencegah infeksi dan merasa aman.
1.      Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
a.       Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena antikseptik ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan muntuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk antiseptik ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih murah
b.      Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain, walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam antiseptik dan larutan sodium iodide encer. Iodide antiseptik dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
c.       Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput antiseptik, sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri. Bahan ini agak iritan dan antiseptik serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptic seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
d.      Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama (larutan betadine dan sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Dibuat pula catatan kapan benang / orave kapan dicabut atau dilonggarkan. Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.
2.    Alat dan bahan
a.       Pinset anatomi
b.      Pinset cirurghi
c.       Gunting steril
d.       Kapas sublimat / savlon dalam tempatnya
e.       Larutan H2O2
f.       Larutan boorwater
g.      NaCl 0,9%
h.      Gunting perban (gunting tidak steril)
i.        Plester / pembalut
j.        Bengkok
k.      Kasa steril
l.        Mangkok kecil
m.    Handskon steril
2.        Prosedur kerja
a.       Cuci tangan     
b.      Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
c.       Gunakan sarung tangan steril
d.      Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset
e.       Bersihkan luka dngan menggunakan savlon / sublimat, H2O2, boorwater atau NaCl 0,9% sesuai dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih
f.       Berikan obat luka
g.      Tutup luka dengan menggunakan kasa steril
h.      Balut luka
i.        Catat perubahan keadaan luka
j.        Cuci tangan

D.  Ganti Balutan
1.      Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
2.      Tujuan
a.       Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersiha luka
b.      Melindungi luka dari kontaminasi
c.       Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )
d.      Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e.       Menurunkan pergerakan dan trauma
f.       Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
3.      Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor

4.      Kontra Indikasi
a.       Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme   dapat   hidup
b.      Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
E.     Angkat jahitan
1.      Pengertian
Suatu tindakan melepaskan jahitan yang biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).
2.      Tujuan :
a.       Mempercepat proses penyembuhan luka
b.      Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
3.      Persiapan alat :
a.       Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten, kasa dalam bak instrumen steril
b.      Bengkok berisi lisol 2-3 %
c.        Kapas balut
d.      Korentang
e.       Gunting plester
f.       Plester
g.      Bensin
h.      Alcohol 70 %
i.        Bethadin 10 %
j.        Kantung balutan kotor/bengkok kosong
4.      Prosedur pelaksanaan
a.       Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b.      Mendekatkan alat ke dekat pasien
c.       Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d.      Mencuci tangan
e.       Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f.       Membuka set angkat jahitan secara steril
g.      Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor
h.      Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i.        Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan betadhin solution 10%.
j.        Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k.      Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l.        Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m.    Merapikan pasien
n.      Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o.      Mencuci tangan
p.      Mencatat pada catatan perawatan.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Jenis Persiapan dan Perawatan adalah Pre Operasi (Sebelum Operasi), Intra dan post, Operasi dan Luka Perineum.
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota tubuh lain (Kozier, 1995).

B.     Saran
Disaranan bagi petugas kesehatan dan pasien untuk lebih menjaga kesehatan dan juga jika terjadi luka pada kulit untuk dijaga kebersihannya agar tidak terjadi iritasi 



 Daftar Pustaka

       file:/// Kebidanan/KDK/fase-preintrapost-operasi.html 
Kusmiyati yuni.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya
Uliyah Musrifatul,dkk.2008.Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta:Salemba  Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar